Grafik Pergerakan Harga Dinar Emas

Alasan Fundamental Untuk Memilih Dinar…

1. Dinar Emas adalah uang yang digunakan Rasullullah s.a.w. tidak hanya untuk jual beli, tetapi juga untuk penerapan syariah itu sendiri.
a. Nisab zakat yang diukur dengan 20 dinar atau 200 dirham.
b. Batasan hukuman potong tangan bagi pencuri batasannya adalah nisab pencuri 0.25 dinar
c. Diyat atau uang darah (dibebaskan dari hukum qisas (dibunuh) yang besarnya 1000 dinar.
Lantas bagaimana kita bisa tahu seseorang wajib zakat atau malah sebaliknya berhak menerima zakat kalau ukurannya yang berupa Dinar / Dirham saja kita tidak mengenalnya?
2. Fakta di dunia modern ini bahwa uang kertas tidak akan bertahan terlalu lama. Semua uang kertas yang ada di dunia modern ini, tidak ada satupun yang membuktikan dirinya survive dalam 100 tahun saja. Bisa terjadi uangnya masih ada, tetapi daya belinya sangat jauh berbeda dalam rentang waktu tersebut.
Padahal di sisi lain ada uang yang daya belinya terbukti tetap lebih dari 1400 th, yaitu Dinar (emas). Di jaman Rasullullah s.a.w., 1 dinar cukup untuk membeli 1 ekor kambing, saat ini pun 1 dinar bisa untuk membeli 1 ekor kambing yang baik di Jakarta ...
Selengkapnya .....

Sabtu, 19 Juni 2010

Jaga Mudamu Sebelum Pensiunmu…

Para pensiunan di Amerika Serikat sebagai orang-orang yang di-authanasia-kan oleh pemerintahnya (seperti orang sakit keras yang dibiarkan meninggal tanpa pertolongan ). Tulisannya yang berjudul Authanasia of the Pension Funds intinya menguraikan bagaimana para pensiunan menderita dengan daya beli yang terus menurun karena faktor inflasi.

Bila inflasi menyengsarakan para pensiunan, apakah lantas kondisi sebaliknya bila terjadi deflasi akan memakmurkan mereka ?. Ternyata tidak juga. Di negeri yang sama Amerika Serikat, yang saat ini tingkat suku bunganya mendekati nol persen – ternyata para pensiunan juga malah terancam kelangsungan penerimaan dana pensiunannya.
Nah bagaimana sekarang kita, agar sekian puluh tahun dari sekarang ketika kita pensiun tidak menghadapi simalakama inflasi dan deflasi ini?. Berikut adalah beberapa poin yang bisa dilakukan :
1). Mulai secara bertahap lindungi hasil jerih payah Anda dari risiko finansial inflasi dalam bentuk benda riil yang daya belinya bertahan. Emas/Dinar; sawah, pohon, ternak dlsb. adalah beberapa diantaranya.
2) Meskipun di tempat kerja Anda dapat jatah pensiun yang dikelola perusahaan/pengelola dana pensiun. Jangan terlalu mengandalkan dana pensiun ini – kemungkinan besarnya tidak akan cukup untuk menopang hari tua Anda. Menabung benda riil tetap Anda perlukan.
3) Bila perusahaan/pengelola dana pensiun Anda mempunyai program yang mengijinkan Anda mengelola dana pensiun Anda sendiri – ambil program ini dan kelola sendiri di sektor riil. Bila belum mampu mengelola sendiri, cari mitra yang bisa mengelolanya sambil Anda belajar sektor-sektor usaha yang menjadi minat Anda.
4) Banyak-banyak investasi pada diri Anda sendiri sedari muda. Ikut pelatihan-pelatihan bidang usaha yang menjadi minat Anda, banyak-banyak belajar berusaha. Mencoba dan gagal di usia muda – masih lebih baik dibandingkan mencoba dan gagal di usia tua ketika sumber daya dan dana kita sudah tidak ada lagi. READ MORE .....

Kamis, 03 Juni 2010

Rencanakan Kondisi Keuangan Masa Depan

Memiliki Dana Darurat
Dalam penyusunan rencana keuangan adalah memeriksa ketersediaan dana darurat yang kita miliki. Dana darurat adalah dana yang sewaktu-waktu harus tersedia bila muncul pengeluaran yang tidak terduga.

Banyak orang tidak memikirkan ketersediaan dana darurat dalam perencanaan keuangan mereka, sehingga ketika muncul pengeluaran tidak terduga maka yang sering dilakukan adalah menambah kemampuan daya beli dengan menciptakan hutang, dan biasanya jenis utangnya adalah utang dengan tingkat bunga tinggi seperti hutang kartu kredit dan kredit/pinjaman tanpa agunan.

Padahal jelas bahwa utang sebenarnya sama sekali tidak boleh dijadikan andalan untuk menutup pengeluaran tidak terduga ini. Di sinilah pentingnya ketersediaan dana darurat, sehingga kita tidak terjebak lilitan utang berbunga tinggi.

Besarnya dana darurat yang harus dimiliki dalam perencanaan keuangan bervariasi, mulai dari 5 sampai 20 kali total pengeluaran bulanan kita, tergantung dari beban yang kita tanggung. Bila kita masih single maka cukup memiliki dana darurat 5 bulan total pengeluaran, sedangkan semakin banyak anggota keluarga kita, maka semakin besar dana darurat yang harus kita siapkan.

Patokan yang sederhana adalah tiap anggota keluarga yang menjadi tanggunan kita harus memiliki dana darurat 5 bulan total pengeluaran. Sehingga bila kita sudah menikah dan memiliki 2 anak, maka total besarnya dana darurat yang kita miliki adalah 20 kali total pengeluaran bulanan kita. Dana darurat ini bukan termasuk kategori investasi, tetapi tetap dana darurat ini harus diinvestasikan agar berkembang.

Pilihan jenis investasi untuk dana darurat adalah investasi yang sifatnya likuid dan memiliki tingkat risiko investasi yang relatif kecil. Investasi pada dana darurat bukan untuk tujuan pertumbuhan tetapi lebih pada ketersediaan sewaktu-waktu dan tidak lekang oleh inflasi. Harus disadari bahwa besarnya dana darurat ini harus meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup kita. Read More ....

Senin, 24 Mei 2010

Enam Alasan Mengapa Kita Justru Butuh Emas/Dinar Di Era Ekonomi Global…

Dalam beberapa pekan terakhir ini kita bener-bener merasakan betapa terintegrasinya ekonomi dunia sekarang. Bahkan krisis di Negara yang sangat jauh baik dari sisi geografis maupun dari sisi hubungan ekonomi-pun, dampaknya dapat kita rasakan sampai negeri ini. Rupiah bisa lunglai, saham-saham di Indonesia Stock Exchange ikut anjlog – padahal pusat epicentrum gempa financial dunia-nya ada nun jauh di Yunani sana.

Lantas dengan komponen apa kita bisa membangun ‘bangunan tahan gempa financial’ kita ?, agar rencana pendidikan anak-anak yang masih belasan tahun, rencana pergi haji lima tahun mendatang, rencana renovasi rumah setiap sepuluh tahun, tabungan hari tua agar tetap mandiri sampai akhir hayat dlsb. dlsb. - tidak setiap saat terekspose risiko krisis financial global ?. Selengkapnya .....

Selasa, 18 Mei 2010

Survival Strategy : Beyond Currency…

Secara statistiknya daya beli uang kertas meluruh bersamaan dengan waktu – dan zat yang meluruh pasti akhirnya habis; maka kita butuh alternatif lain dari uang kertas ini. Alternatif lain inilah yang saya sebut beyond currency.

Bila uang kertas hanya berfungsi sebagai currency – yaitu alat tukar yang hanya berfungsi sesaat; maka yang kita butuhkan untuk survive dalam jangka panjang adalah uang yang sesungguhnya – beyond currency – yaitu uang yang tidak hanya berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange atau currency, tetapi juga berfungsi sebagai unit pencatatan/timbangan yang adil (unit of account) dan sekaligus juga mampu mempertahankan nilai dari hasil jerih payah kita (store of value).

Kita pernah mengalami krisis 97/98 dimana saat itu uang kita tiba-tiba anjlog daya belinya tinggal ¼-nya dalam beberapa bulan saja (padahal seharusnya daya beli uang kita baru turun tinggal ¼-nya setelah 2 kali waktu paruh atau 8.6 tahun !), bukan hanya daya belinya yang anjlog – saat itu barang-barang kebutuhan kita juga menghilang di pasaran. Minyak goreng, susu bubuk dlsb. menjadi rebutan di toko-toko yang masih memiliki stok.

Jadi ‘uang’ selain uang kertas yang rentan krisis – harus juga menjadi bagian dari survival kit kita – bila kita ingin survive dalam jangka panjang. Selain emas atau Dinar yang praktis, kita bisa juga menggunakan ternak kambing misalnya sebagai cadangan ‘tabungan’ kita di masa yang sangat sulit sekalipun.

Juga bukan hanya ternak kambing yang di-resep-kan dalam hadits sahih sebagai sumber penghasilan jangka panjang yang bisa diandalkan; antisipasi krisis melalui bercocok tanam dengan sungguh-sungguh selama tujuh tahun – bahkan resepnya ada di Al-Qur’an.
Read More ....

Kali Ini Bukan PIG FLU, Tetapi PIIGS ‘FLU’ Yang Mewabah...

Tahun lalu wabah flu babi (Swine Flu atau Pig Flu) sempat membuat panik dunia setelah ditemukannya flu ini menjalar ke manusia di Amerika, Mexico dan Canada. Hari –hari ini dunia kembali dibuat panik tetapi bukan oleh PIG tetapi oleh PIIGS, acronym dari Portugal, Ireland, Italy, Greece dan Spain.

Hanya dua hari setelah bailout tersebut diumumkan, para pemain pasar kembali memburu jaring penyelamat untuk investasinya – yaitu antara lain emas. Karena permintaan yang melonjak inilah maka pagi ini – saat artikel ini saya tulis - harga emas berada di atas US$ 1,230/Oz atau dalam US$ telah mengalami peningkatan lebih dari 34% dibanding harga emas dunia tahun lalu. Harga ini memecahkan rekor tertinggi sebelumnya yang berada di kisaran US$ 1,226 yang tercapai di awal Desember tahun lalu.

Mengapa seolah pasar tidak percaya terhadap upaya – upaya negara yang dilanda krisis tersebut untuk dapat mengatasi masalahnya ?

Hutang yang sudah begitu besar yang diderita oleh negara-negara yang dilanda krisis tersebut, perhatikan grafik diatas faktanya. Yunani dan Italy bahkan hutangnya per akhir tahun lalu saja sudah melebihi GDP-nya. Nenek-nenek kita dahulu juga tahu kalau problem hutang ini tidak bisa diatasi dengan hutang baru, semua bantuan baik dari EU, IMF dlsb. tidak ada yang gratis – pada waktunya harus dibayar. Read More .....

Emas Ibarat Cermin...

Sekitar sembilan abad yang lalu Imam Al Ghazali (1058-1111) dengan kejernihan pemikirannya mengungkapkan bahwa sejatinya emas sebagai timbangan yang adil, dirinya sendiri ibarat cermin yang dengannya barang-barang dapat ditentukan nilainya dengan akurat.

Sekarang saya akan gunakan cermin Imam Ghazali ini untuk melihat krisis yang sekarang sedang menghebohkan dunia. Kita lihat krisis tersebut dari kacamata harga emas yang mencerminkan daya beli uang negara-negara di dunia. Saya ambil case negara kita dibandingkan negara yang menjadi epicentrum krisis sekarang ini yaitu Yunani secara khusus dan European Union secara umum.

Perhatikan grafik diatas, dalam mata uang Greek Drachmas (GRD) yaitu mata uang Yunani – harga emas setahun terakhir mengalami kenaikan 41%. Dalam Euro kenaikan ini bahkan mencapai 44%, sedangkan dalam Rupiah hanya mengalami kenaikan 16 %.

Selain berbangga menimbulkan kesombongan yang dilarang agama, kenyataannya memang belum ada yang bisa kita banggakan. Mengapa demikian ?, coba kita bercermin kembali dengan cerminnya Imam Ghazali tersebut diatas – sekarang kita lihat harga emas sepuluh tahun terakhir.

Dalam sepuluh tahun terakhir, di Yunani yang menjadi epicentrum krisis saja - harga emasnya hanya naik sebesar 253% (dalam Drachmas) ; dalam Euro kenaikan ini hanya 249 % ; dalam Rupiah kenaikan ini mencapai 445%. Bila pada Januari 2000 kita bisa membeli emas 1 gram seharga Rp 66,000,- ; kini harga emas tersebut menjadi Rp 360,000 per gram.

Maka bercermin dengan cermin yang utuh kita perlu – agar kita tahu seperti apa kinerja kita sesungguhnya; dengan cermin itu pula kita bisa memperbaiki diri – agar dari waktu-kewaktu semakin indah wajah kita. READ MORE ....

Kapan Waktu Beli Emas/Dinar Terbaik & Kapan Waktu Jual...?

Untuk membeli emas atau Dinar dengan tujuan membangun ketahanan ekonomi jangka panjang, agar anak-anak bisa sekolah sampai tuntas, agar ketika tua kita tidak menjadi beban orang lain, agar asset yang merupakan hasil jerih payah kita tidak terus menurun nilainya dari waktu – ke waktu; maka membeli emas untuk tujuan ini dapat dilakukan kapan saja. Tidak ada waktu yang salah untuk memindahkan asset Anda dari Asset yang berpeluang mengalami debasement (penurunan nilai) yaitu uang kertas ke asset yang terbukti memiliki daya beli stabil sepanjang zaman yaitu emas atau Dinar.

Lantas kapan waktu menjualnya yang terbaik ?; Yang terbaik adalah ketika Anda membutuhkannya untuk keperluan riil seperti membayar sekolah, pergi haji, membayar rumah, membayar biaya kesehatan, memindahkan ke investasi sektor riil dlsb. Anda tidak akan pernah menyesal mencairkan emas atau Dinar Anda untuk keperluan-keperluan yang riil tersebut. Read More ....

Rabu, 28 April 2010

Historic and Current Hyperinflation From Across the Globe ....



Angola (1991-1999) ;Argentina (1975-1991) ;Austria (1921-1922)

Belarus (1994-2002) ;Bolivia (1984-1986) ;Brazil (1986-1994) ;Bosnia-Herzegovina (1993)

Chile (1971-1973) ;China (1939-1950)

Free City of Danzig (1923) ;Ecuador (2000);England ;Greece (1944-1953)

France (1789-1797) ; Georgia (1995) ;Germany (1923-1924, 1945-1948)

Greece (1944-1953) ; Hungary (1922-1924, 1944-1946)

Israel (1979-1985) ; Japan (1944-1948); Krajina (1993) ; Madagascar (2004)

Mexico (2004) ; Mongolian Empire (13th and 14th Century AD) ; Nicaragua (1987-1990)

Persian Empire (1294) ;Peru (1984-1990) ;Poland (1922-1924, 1990-1993)

Romania (2000-2005) ; Ancient Rome ; Russia (1921-1922, 1992-1994)

Taiwan (late-1940's) ; Turkey (1990's) ; Ukraine (1993-1995) ; Yap (late 1800's)

Yugoslavia (1989-1994) ; Zaire (1989-1996) ; Zimbabwe (1999 - present)

Seberapa besar hiperinflasi yang terjadi di negara-negara tersebut di atas?
KLIK di SINI....


Sejarah terus berulang


Hyperinflasi menyebabkan nilai uang kertas menjadi tidak berharga....
Saat ini masih bisa terasakan kejadian Zimbabwe...


Zimbabwe FAQ – why the hyperinflation? how do they fix it?

Why is Zimbabwe currently experiencing hyperinflation?

Zimbabwe is currently experiencing an inflation rate of over 7600% per annum. The crisis started in 2000 when the Zimbabwean government effectively destroyed their agricultural industry by displacing farmers from their lands.

Zimbabwe’s economy immediately went into recession and inflation began to rise.

So what did the Zimbabwean government do to try and correct this problem?

They printed more currency.

Why did they do that?

They had salaries to pay, projects to finance, things to buy. Just like everyone else they were suddenly faced with the crisis of having to pay much more for things, and they didn’t have enough, so they printed more money to cover it.

Is printing money a problem? Don’t governments do that all the time?

The reserve bank of a country prints currency. Current economic theory holds that an independent reserve bank is superior to a state owned bank. Independence means that they set monetary policy (without political interference) and they decide how much currency to print.

A prudent reserve bank will take care not to grow the money supply (physical currency) at a rate above the CPI inflation rate.

Zimbabwe’s Reserve Bank is state owned and the Governor, Dr Gideon Gono, has been ordered by Mugabe (on an ongoing basis over the years since 2000) to print amounts of currency that grow the money supply at a rate well over Zimbabwe’s inflation rate. Mugabe has in fact stated recently (in July 2007) that Zimbabwe will continue this practice of printing more currency as and when required.

This practice has led to hyperinflation.

How does printing more money cause hyperinflation?

Whenever money supply is increased (without a corresponding increase in the overall economy), the currency is debased. In other words, it loses value. So the cost of goods rise to counter this loss of value. If the supply of money increases above the inflation rate, the rate of inflation increases too.

Zimbabwe has been printing trillions of additional Zim dollars at a time when their economy has actually been contracting (quite rapidly). The punitive regulatory measures that Mugabe has imposed on traders (ordering that they fix their prices) has served only to increase the rate at which Zimbabwe’s economy contracts. So you have an ever increasing amount of currency chasing an ever shrinking amount of goods.

Why don’t they simply stop printing money?

If they do that, they won’t be able to pay government workers’ salaries which were recently hiked by 300% (which was an insufficient increase). They’ll default on all the things they have to pay for and they don’t want to deal with that scenario. They prefer to inflate their way out of their crisis.

Zimbabwe will immediately enter a deep depression if currency growth halts. Arguably, they are in one already, but they can still buy things with Zim dollars. If money supply growth is frozen, people simply won’t have enough currency to buy anything anymore.

If people cannot afford to buy anything, won’t prices come down?

Yes, but there are other problems. Mugabe has regulated the economy by barring businesses from raising their prices and in fact ordered them (in July 2007) to reduce prices by 50%, in an attempt to rein in inflation.

It is a losing proposition to businesses, so their alternatives have been to either defy Mugabe or to cease trading. Those who choose to defy him, are arrested. So damage is being done to whole business sectors and their supply chains. Whole industries will be wiped out if they are not free to set prices rationally.

That is the greater danger, that when the time comes that rational economic policies are applied, there will be no businesses left to respond. Confidence would have been completely lost and it will be difficult to lure the major chains back. Frankly, I don’t see a ZANU-PF government ever enjoying confidence again. Unless the people of Zimbabwe elect a new party to govern, Zimbabwe will not recover. They will remain a crippled country.

So what is the best strategy forward for Zimbabwe?

That’s the trillion dollar question. However, we do have Bolivia as an example. In 1985, they eliminated hyperinflation within a few months by enacting the following measures:

* they linked their currency to a stable foreign currency (in their case, the United States dollar)
* they froze government spending
* they stopped printing currency
* they lifted all price controls
* they deregulated their economy

Zimbabwe will most likely have to do all that and more. They could link their currency to the South African Rand like Namibia has done. The Namibian dollar is linked 1:1 to the Rand.

Zimbabwe also has to rebuild their agricultural sector.

Sources:
Bolivia
TIMELINE: Chronology of Zimbabwe’s economic crisis
A non-currency country
The World’s Greatest Unreported Hyperinflation

Rabu, 14 April 2010

Good news for gold investors


A letter from : Brian Hunt
Editor in Chief, DailyWealth

China has gone crazy for gold.


In April, for example, the government's Foreign-Exchange Agency announced the purchase of an additional 16 MILLION ounces for state coffers.

And just a few months earlier, National Geographic Magazine reported that for the first time China had surpassed the U.S. as a buyer of gold jewelry.

But here's the amazing thing few investors realize...

Behind the scenes, in a move that has gone almost completely unreported in the Western press, the Chinese government has created a gold investment that could dwarf the returns of gold bullion, ordinary gold stocks, or any other type of gold investment you've heard of before.
READ MORE ......

Good news for gold investors .

Dear DailyWealth Subscriber,

Our resident geologist, Matt Badiali, has found an unusual opportunity in the gold markets recently.

Already, since Matt's recommendation, one of the ways he recommends playing it has returned more than 400%.

If you have any interest in gold investing, I strongly encourage you to read Matt's full write-up, below...

Good Investing,

Brian Hunt
Editor in Chief, DailyWealth

China's Govt's Secret New Gold investment could pay 500% over next 2 Years
Why Chinese Gold could pay 100% MORE than U.S. Gold over the Next 2 Years
Don't buy another ounce of gold until you read this report.

In short: The Chinese government has created a secret new gold investment. The last time the gov't did something like this, investors could have made 1,084%

Dear Reader,

China has gone crazy for gold.

In April, for example, the government's Foreign-Exchange Agency announced the purchase of an additional 16 MILLION ounces for state coffers.

And just a few months earlier, National Geographic Magazine reported that for the first time China had surpassed the U.S. as a buyer of gold jewelry.

But here's the amazing thing few investors realize...

Behind the scenes, in a move that has gone almost completely unreported in the Western press, the Chinese government has created a gold investment that could dwarf the returns of gold bullion, ordinary gold stocks, or any other type of gold investment you've heard of before.

I wouldn't be surprised if you see gains of 1,000% or more.

I realize that may sound impossible, but consider...

This is not the first time Beijing leaders have secretly created such an opportunity:

In the late 1990s, the Chinese government created two similar investments. One (to help the local insurance industry) went up more than 625% in just a few years... the other (to aid the energy sector) has gone up about 1,084% over a similar period.

But this is the first time Chinese officials have intervened in this way in the gold markets—and I expect the result will be a windfall for savvy investors over the next few years.

After all, gold is one of the only "buy and hold" investments in the world right now. It is also the only investment in the world that has gone up EVERY YEAR for the past five years straight. And, remember, China remains the fastest-growing economy on the planet, with the wealthiest government on Earth.

The point is, if you are interested in an extremely lucrative way to own gold, right alongside the Chinese government, this is something you should consider.

I can just about guarantee you will not hear about this opportunity in any mainstream media publication. I heard about it only because of a contact in the industry, who met recently with officials in Beijing.

I expect the word will soon get out. But until then, you have an incredible opportunity. Let me show you what's going on...

The most reliable
way to see 500%+

There's been perhaps only one truly reliable investment trend over the past 20 years.

Bull markets have come and gone. Stocks have done well during some periods... and crashed during others. Same with bonds and real estate.

But there's one type of investment that has continued to reliably pay an absolute fortune.

In short: When the Chinese government creates a new investment vehicle, by spinning off part of a government entity, early investors have made a killing.

When the Chinese government realized they needed to improve their insurance industry, for example, they broke up state-run agencies, and created China Life Insurance, the only company with a national license. Investors have made 625% in the past five years.

When the Chinese government realized they needed more industrial supplies for manufacturing, they spun off state operations and created a firm called Chalco... which paid more than 2,100% over a six year period. They did the same with mobile phones, turning state interests into a public company that has provided 583% gains since becoming available.

And they did the same thing not too long ago in the oil industry...

First oil... now gold

In the 1980s there basically was no "oil business" in China.

But the economy at the time was growing nearly 10% per year... and the government realized they had to become a major player.

The first thing they did was open up their own reserves for exploration. A government-created and partially government-owned business called China National Offshore Oil Corporation received an exclusive right to explore, develop, and produce oil with overseas partners. Investors have made more than 837% on this company since 2001.

Next, the Chinese government rewrote the energy rules, injected billions of dollars of capital, and in 1999 spun several new businesses out of the state-run China National Petroleum Corporation (CNPC).
** PetroChina, for example, was set up with the help of Goldman Sachs. Early investors in Petro China made 1,084% in about four years.

** Another spin-off from the state-run oil monopoly was a company called Sinopec. The government still owns 70%. And investors who got in early made about 960% over a seven-year period.
The point is, China woke up to the fact that they needed to own and control as much oil as possible, to grow the economy and become a world power.

And now...

What the Chinese government did for oil over the past decade... they are today doing for gold.

This is a huge development.

You see, most investors don't realize that China is now the world's largest gold producer (they passed South Africa last year).

China is also one of the few countries in the world where known gold reserves are increasing... not shrinking.

That's why I predict that investing in China's government-created and partnered gold companies will be one of the easiest ways to get rich over the next few years.

Let me explain how it's all going down...

China's Secret Solution

For essentially the past 50 years, no one was allowed to touch gold in China... except for the government.

But today, that is changing... and in a hurry...

In short, the Chinese government wants more gold.

They realize gold is one of the only buy-and-hold investments in the world right now. And they've got a lot of money to spend... nearly $2 Trillion according to a recent report in The New York Times.

So the Ministry of Land and Resources has completely rewritten the country's mining laws (known as the Minerals and Resources Law) to encourage local and foreign companies to explore for and produce more gold.

The government has also recently created the Shanghai Gold Exchange, to allow anyone to trade gold, on the open market, without government interference.

But most importantly for you and me, the government has quietly gotten behind a handful of publicly traded gold companies.

I believe these deals could make you extraordinary amounts of money over the next few years.

Let me show you the specifics, and why I believe this could make you so much money.

Remember, this is all happening incredibly fast in China—just like it did in the oil industry, where investors in Sinopec made 360% in 10 months... investors in PetroChina made 140% in less than year... and investors in China National made 102% in five months.

Twenty years ago, China produced an inconsequential amount of gold. Today, China is the #1 gold-producing nation in the world...

And these new government deals are poised to make some smart investors quite wealthy, very soon...

Investment #1: Gold Partnering
with the government


When it comes to gold mining in China, it's a whole different world than what we're used to in America...

There's no such thing as a NI43-101 disclosure form for mining companies, like we have here at home. And instead of a handful of giant companies running the industry, like we're used to, it's basically thousands of small operations scattered across the country.

In short, it's like the American Wild West.

That's why having the government on your side can make all the difference in the world...

For example, there are two very small gold mining companies with government connections that have a very good chance at making you several times your money in the next few years...

GOVERNMENT GOLD PARTNER #1: Recently, the Chinese government helped create, and took nearly a 50% ownership stake in, a very small gold mining company, in order to develop a handful of the country's most promising gold projects.

Already, the company has two producing properties, and exploration permits for two of the countries most gold-rich, untapped areas.

What makes this investment so appealing is that normally, when you deal with investments in China, there are certain political risks.

Will the government approve your projects? Will you be allowed to explore and develop the most potentially lucrative territories?

But for this small company, the political risks are virtually non-existent. After all, the company is nearly half-owned by the government, so obviously it will have huge advantages.

That's why I believe there's a very good chance this company will eventually become one of the world's "major" developers. And if that happens, you could easily make 2,000% on a small investment stake today.

We saw what happened when the Chinese government got behind several promising oil companies. Investors made more than 1,000% gains over a several-year period.

Well, now I believe there's a very good chance the same thing is going to happen to this company in the gold business.

Remember, this company was formed just a few years ago... and now has several projects in production, and several more on the way.

What's incredible, is that this company has never been written about in the The Wall Street Journal, Barron's, or any other U.S. newspaper or magazine.

GOVERNMENT GOLD PARTNER #2: The second company I want to tell you about was formed by key members of China's National Non-Ferrous Metals Industry Corporation, a state-owned company.

In other words, several Chinese government employees got together, and used their power, influence, and connections, to create a company that is now the biggest foreign gold producer in China (they also have a local Chinese partner, which maintains an 18% interest).

It's no surprise, of course, that this company (created by former government employees) became the first local-foreign company to develop a gold mine in China. Or that they are the largest gold producer in China today... and control the country 2nd largest mine.

In short, there's no foreign company in China that can get projects done like this company can. I think it's absolutely a no brainer to own the biggest foreign producer in the world's #1 gold-mining country.

Keep in mind, this is still, relatively speaking, a very small stock. It is about 1/5th the size of Barrick Gold, the world's biggest gold producer.

I believe this tiny company with China operations could return many times your money over the next few years. And I'm not the only one who thinks so...

A Canadian firm just bought 20% of the outstanding shares. And I believe they are probably willing to pay at least 50% more than the current share price for the rest of this small Chinese miner.

A buyout could quickly double your investment. But the truth is, I'd rather hold this company for the next few years and potentially see 500% gains or more.

And this brings me to a third government opportunity I haven't even mentioned yet...

Better than gov't-owned gold?

I've described how the Chinese government is creating partnerships and spinoffs to develop the local gold industry.

Well... they are also spending a fortune to develop the local silver industry.

In a nutshell, the government is bringing in an experienced business to consolidate small mines, and to make them more efficient and profitable (while remaining partially government-owned).

And the good news for us is, there's basically one tiny silver mining company from Canada that has quietly become the government's favorite partner.

As I'll show you, this company is growing at a wildly fantastic pace. It is extremely profitable. And yes, it has the government as a direct partner on several of it's holdings.

In the Ying mining district, for example, this small Canadian company has worked with the Chinese government to consolidate a group of mines, and has since turned them into a very profitable operation.

Today, this company produces tens of millions of ounces of silver every year—all in China. It is the cheapest mining company of it's type in the world, by far. And it has partnered with the Chinese government in a handful of projects.

On each of these projects, they pay NO taxes for the first two years.

And get this: Despite operating for just three years, this company is already the largest silver producer in China-- yet today it is still completely unknown.

I cannot say this strongly enough: You may never get another chance like this in your investment career... to buy such a cheap and wildly profitable mining company at the very beginning of what I see as a huge uptrend.

Overall, this company has grown its resources by an incredible 360% in roughly four years.

That's remarkable. And impossible to do in the U.S. or Canada... or any other developed country.

That's why China is the absolute best place in the world to grow a new mining company. Better still, we have a business that has no debt, almost $70 million in cash, and in large part because they are partnered with the government, has NEVER been turned down for a mining license.

My extremely conservative estimate for this company is a 100% gain before the end of this year (remember, it's still a very small company, and costs less than $10 a share). After that, the sky really is the limit.

I would not be surprised if this company ultimately becomes one of the most profitable stocks I recommend in my entire career.

Of course, I can't promise how much any of these companies are going to return over the next few years—there's no such thing as a guaranteed investment.

But keep in mind: When mining companies get in early on new territories, they have a history of making investors an awful lot of money...
* A company called Rangold was instrumental in early mining operations in Mali. It has returned 634% in roughly the past five years.

* Keegan Resources got in early in Ghana, in West Africa, and has paid investors 489% in less than a year.

* A company called Buenaventure got in early in Peru's mining business... and has paid investors 1,293% over the past decade.

* And Barrick Gold... one of the companies that has made a business of being able to get in early in places like Peru, Argentina, and Tanzania, has returned a whopping 6,700% since going public.
I believe now is the perfect time to get in early on China's mining business, especially when you can have the government on your side.

And here's how I recommend you do it...

The New Secret of Getting
Rich in the Next 5 Years

My name is Matt Badiali. I'm a geologist.

I have a Masters of Science (M.Sc.) in geology and more than 13 years of industry and research experience.

You see, for years I wanted to take my expertise in resource companies and help people understand the business... and make some good money at the same time. So, a few years ago I joined a research team called Stansberry & Associates, which includes a PhD in finance, a former CitiGroup bond trader, several Johns Hopkins scientists, the former head of a California brokerage firm, and several Certified Financial Planners and hedge fund managers.

I learned their trade. And they learned a bit of mine.

And – for the past four years – I've leveraged my knowledge of the industry to help thousands of everyday Americans see huge gains by investing in precious metals and energy-related plays.

I've been studying China's gold (and silver) industry very closely for the past few years.

As I mentioned, China is the world's largest producer of gold in the world today, and the third-largest producer of Silver.

But this industry is still in its infancy.

"China represents one of the world's great remaining unexplored gold regions."
– Greg Jones, geologist
working in Southern China
When China's exploration and production techniques get better, China will dominate the world's gold production in an even bigger way. You have to remember that for basically the past 50 years, China had essentially NO precious metals industry.

But now the sleeping giant is waking up.

And I hope you'll join me for what I believe will be a very profitable ride. Remember, China is by far the richest government in the world (with about $1.95 TRILLION in reserves according to The New York Times). That's one of the reasons why I think this will probably be the easiest way to make a heck of a lot of money over the next few years.

I've done a ton of research on this opportunity over the past 6 months, and have put everything you need to know about gold and silver mining in China into my latest Research Report, called: Government-Backed Gold and Silver—How to Make 10-Times Your Money in China.

In this report, I carefully go over all of the gold and silver mining operations you need to know about in China. Then, I explain exactly which ones you should own immediately. I'll tell you how to do it... what price to pay... how to get the best deal... and approximately how long I think you'll be holding.

The best part is, I'd like to send you this report, free of charge.

In short, it's the first thing you will receive if you take a no-risk trial subscription to my monthly investment analysis, called The Stansberry & Associates (S&A) Resource Report.

You see, as a geologist, I focus not only on gold and silver, but also other natural resources including uranium, copper, natural gas, oil, water, and rare earth metals, just to name a few.

Right now, I'm particularly interested in several gold and silver opportunities.

I told you about the situation I've uncovered in China.

Well... there's another pretty extraordinary opportunity I'm very excited about too...

32,000%...?

I'm not sure how much you know about the precious metals business, but probably the best way to make money in this industry is not as an explorer... or producer.

Instead, it's to get a foothold on profitable mining royalties.

The way it works is, several smart geologists buy up the "royalty rights" to some of the world's most productive and lucrative mines.

And get this: These guys don't do any digging, production, or actual mining... they simply get paid lucrative "royalties" as the metals come out of the ground. It's an incredibly simple and lucrative business.

One of the first companies to do this in the gold industry was an operation called Franco-Nevada, which got its start in the mid-1980s.

This royalty set-up paid investors an average of 38% gains for 18 years! Absolutely incredible.

That means 2,404% after 10 years... and an incredible 32,000% over the full 18 years... which turns a $5,000 investment into $1.6 million!

Another company to set up a similar royalty business more recently was a firm called Royal Gold. Again, they don't do any mining, digging, exploring, etc. All they do is buy up royalty streams to lucrative mining operations, and wait for the money to roll in.

Since 2001, the company has returned a whopping 1,589%. In fact, Royal Gold has gone up even when everything else goes down.

"Even when everything else
went down in 2008,it returned a solid 55%..."
Consider: During the market meltdown of 2008, while just about every investment in the world got crushed, Royal Gold returned a solid 55% gain.

It's incredible. Owning royalty stakes in the world's best mining operations is a low-risk, inexpensive, and simple way to make an absolute fortune, especially in a precious metals bull market like we're in right now.

In fact, mining royalties may be the best business model in the world.

And I haven't even told you the best part...

Not too long ago, a company went public on the American Stock Exchange, which does the same thing... but with Silver royalties instead of gold.

Since going public, the shares are up 150%. But as we've seen with other royalty businesses... these gains are just the very tip of the iceberg.

Right now, the potential in silver is absolutely incredible... and this tiny silver royalty company is the only business of it's kind in the world. I expect a safe and simple investment today could return many times your money over the next few years.

If you'd like the details on this situation, I've published everything in my latest report: The Greatest Business in the World. Keep in mind: This company went public in the U.S. just a few years ago. They employ less than two-dozen people... yet bring in more than $150 million a year!

Again, this Research Repot will be among the first things I send you when you take a trial subscription to my monthly research advisory, called The S&A Resource Report.

Is the type of research I do appropriate for you?

I don't know. But let me tell you a little bit about it so you can decide for yourself...

The world's best-kept
mining secrets... REVEALED


My passion is research... and finding great investments no one else is talking about.

These are the opportunities you're not likely to hear about from mainstream news and media sources... the ones with the greatest potential for the biggest gains.

For example...

In 2006, I uncovered a tiny company that owned the largest collection of in-the-ground silver resources on earth... an amazing 171 million ounces... plus an additional BILLION ounces it was working to confirm. The amazing this was, almost no one outside the mining community had even heard of this company, which gave my readers the chance to safely make 93% over the next 12 months.
I also found a little-known copper company with a mine that had the longest remaining life of any major open-pit copper mine in the world. But what made this opportunity so interesting was that the company also had another world-class copper deposit, almost as big! Over the next 14 months, my readers had the chance to make 142% gains with this little-known stock.
Just two months ago, I found a small company (Addax Petroleum) with an inside track on getting big oil contracts in Iraq. We made about 44% practically overnight when a big oil company offered to buy the firm out.
Recently, I learned about a company that had secured the largest un-mined gold deposit in the world. When I found this, no one was talking about it yet. Since my recommendation, we are already up 56% in 4 months... with A LOT more to come.

In fact, over the past few years, I've helped my readers cash in on many great opportunities in the energy and mining fields, which are seldom covered by mainstream news sources.

For example...
93% on a small gold company called Cumberland Resources
195% on a Brazilian oil producer called Petrobras
100% on a small oil and gas explorer called Kodiak Oil & Gas
239% on unique gold company called Seabridge Gold
101% on an oil seismic mapping company called CGG Veritas
111% on a small oil producer called Occidental Petroleum
117% on a small deepwater drilling firm called Stone Energy
98% on a steel alloy technology for deep-sea drilling (Allegheny Technologies)
I don't know of another Research Service in the country that has a track record as good as ours today.

In fact, as of the publication of my April 2010 issue, we have 24 recommendations in our portfolio. 20 of them are making money, with gains as big as 137%, 121%, 126%, 76%, 75%, and even one 466% winner.

This is probably why The S&A Resource Report research also has many mining and energy industry professionals who follow our work:
30-year Amoco Veteran:
"Matt Badiali's Report my favorite newsletter... and I would recommend it to anyone.
- Mike Hourihan, retired from BP/Amoco after 30-year career

Director Of NYSE Company
"Your letter, in many instances, has confirmed good ideas under consideration and at other times introduced new ideas, which have proven to be very profitable! I look forward to your report each month and find it to be extremely valuable. Keep up the good work!"
- Gerald Wilson, director of a NYSE listed E&P company.

9-Year Energy Industry Veteran
"I know all the big names in energy and energy services... but the S&A Resource Report has introduced me to faster growing, small energy service companies that are performing extremely well. I am very satisfied with the performance of these investments overall."
- Harold Dickens., PhD., 9-years in global energy services
Of course, I can't say for sure if the S&A Resource Report is right for you. But to help you decide, here's what I propose...

Try the S&A Resource Report for the next 4 months and make a decision whenever you are ready.

Here's what I mean...

Simply start trial subscription today, and you'll have instant access to:

Research Report #1 Government-Backed Gold and Silver: How to Make 10-Times Your Money in China
Research Report #2 The Greatest Business in the World.

Plus, every month you'll receive my Resource Report advisory letter, delivered to you on the second Tuesday of each month, first by e–mail, then by regular mail too. You'll also receive our daily market reports, sent by e-mail, also at no extra charge.

Over the next four months, take your time and decide if the S&A Resource Report is right for you. If not, I'll send you a FULL refund, and you can keep everything you've received up until that point.

How much does the S&A Resource Report cost?

I think it's ridiculously cheap, especially considering all you receive, and the time, money, and effort we put into this work. The truth is, just one of the investment ideas I'll share with you could help you make many times the subscription price.

And it's not just me saying this…
"I think that the S&A Resource Report provides the best financial advice I have ever had, bar none... Parker Drilling Co. I bought at $2.75 and now it is at $5.07 for an 84% increase. I have subscribed to several newsletters in the past but none have delivered the kind of returns I am seeing here."
-- Doug Patelli, Albany, NY

"Matt, I have used your advisories a lot. On Northern Dynasty Minerals I made 167% and on Parker Drilling Company 161%."
-- Karl Blanchard, Austin, TX

"I have bought stock in the four companies you mentioned and as of today my profits are in excess of $4,000. Far better results and profits than any previous service."
-- Jared Plumber, Tacoma, WA

"Sold Rowan Companies and a total of $2265.08. As you can see I'm away head of the game. Thanks to your letters... [I'm] up $31,552.93 to date for this year.
-- Jason Murdock, Dover, DE
Before I give you the details on how to get started, however, I'd like to tell you about one more exciting and overlooked opportunity you can take advantage of right now in the gold market...

A U.S. Gov't "loophole"
in the gold business

In recent months, I have been investigating an extraordinary situation...

It's another huge opportunity in the gold markets, which I recommend you take advantage of immediately...

In short: There's a U.S. government-created program that allows you to take ownership of some of the most valuable gold properties on Earth... for just a fraction of their true worth on the open markets.

What this translates to for you as an investor is the opportunity to make many, many times your original investment with very little risk.

The Washington Post calls it "One of the greatest boondoggles of all time."

And The LA Times says, "It's a tool [you] can use to make incredible amounts of money."

Already, thousands of regular Americans have used this government program to make an absolute fortune...

On February 24th, government records indicate that Rising Sun, MD native Chet Walker used this opportunity to make $12,900 in a single day.
One group of investors I know have made 2,015% thanks to this opportunity, over the past few years. Another group has made about 1,013% over roughly the same periods.

What's great about this U.S. government-created opportunity is that you can cash in on this gold opportunity directly through a unique type of investment on the U.S. stock market.

I believe you will be very happy with this investment over the next few years. I don't want to say much more about it here, because it is an extraordinary situation I'd prefer to reveal only to my subscribers.

But I explain everything you need to know in my new Research Report called: The Federal Gold "Loophole" of a Lifetime.

Again, you'll get all of the details as soon as you take a trial subscription to my monthly Resource Report advisory letter.

The price of The Resource Report, by the way, is $99 per year.

But today I'd like to offer you the chance to try my research for less than HALF the regular price. You'll pay just $39 for an entire year or my work, including everything mentioned here.

Why so cheap?

Well, I figure the best advertising for my research is to let you see the actual work and the results for yourself. And to encourage you to give it a try, I'd like to give you the opportunity to review The Resource Report at the cheapest price we've ever offered.

And remember: You'll have the next four (4) months to make up your mind.

In other words, by taking advantage of this offer, YOU ARE AGREEING ONLY TO TRY MY WORK, TO SEE IF YOU LIKE IT.

If not, we will simply part ways as friends, and you will be entitled to a FULL REFUND. You can keep everything I've sent you, my compliments.

I hope to hear from you right away. There are several extraordinary investment opportunities in gold and silver right now.

I hope you take advantage of them.

Good Investing,

Kamis, 18 Maret 2010

Banjir Dollar 2010 : Apa Dampaknya Pada Harga Emas Dunia…?



Written by Muhaimin Iqbal
Monday, 11 January 2010 08:19
Equity of Exchange

Hari ini ada tulisan menarik di harian Republika (11/01/10) dengan judul Meraba Likuiditas 2010. Dalam tulisan ini antara lain dikutip pernyataan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani beberapa waktu lalu yang menyatakan bahwa tahun 2010 akan diwarnai ‘banjir’ Dollar AS dalam jumlah yang sangat besar, mencapai US$ 2.4 trilyun !.

Saya berasumsi bahwa sebagai Menteri Keuangan, Ibu Menteri tentu tidak sembarang mengeluarkan pernyataan. Pernyataannya sudah seharusnya didasari oleh pengetahuan yang sangat dalam dan di support oleh team yang juga sangat menguasai bidangnya. Maka saya dalam tulisan ini menganggap pernyataan tersebut sebagai prediksi yang peluang kebenarannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peluang kelirunya.

Dengan asumsi bahwa benar tahun 2010 Dollar AS akan membanjiri pasar internasional, lantas apa dampak ‘banjir’ Dollar tersebut pada harga emas dunia ?. Untuk menjawab pertanyaan ini saya menggunakan Teori Kwantitas yang terkenal dengan equation of exchange-nya seperti dalam rumus diatas.

M adalah jumlah uang yang beredar, berdasarkan pernyataan Ibu Menteri tersebut diatas, maka M inilah yang akan melonjak tinggi di tahun ini 2010. V adalah kecepatan uang berputar, para ahli secara umum meragukan akan ada perubahan yang berarti karena ekonomi secara global sesungguhnya belum benar-benar pulih dari krisis sejak tahun lalu.

Karena V yang tidak berputar lebih cepat dari sebelumnya, out put sektor riil berupa barang dan jasa (Q) juga tidak akan banyak berubah. Bila dalam satu persamaan, sisi kiri melonjak tajam – maka sisi kanan juga akan mengikuti. Karena satu unsur di sisi kanan akan relatif tetap (Q), maka tinggal satu unsur lagi disisi kanan yang bisa mengimbangi kenaikan M di sisi kiri. Unsur ini adalah P atau tingkat harga barang-barang dan jasa secara umum.

Jadi melonjaknya jumlah Uang US$ di pasar tahun ini, yang kemungkinan besarnya tidak diikuti oleh kenikan out put sektor riil yang sepadan – akan berdampak pada naiknya harga barang dan jasa secara significant – dalam satuan mata uang US$.

Harga emas internasional selama ini masih dibeli (dinilai) dengan US$; maka harga emas dalam US$ juga akan mengalami kenaikan yang siginificant sepanjang tahun ini sejalan dengan kenaikan harga-harga barang dan jasa lainnya.

Harga emas pada pembukaan di pasar Sydney pagi ini yang melonjak sampai angka US$ 1,156.90/Oz bisa jadi adalah bagian dari symptoms ‘banjir’ Dollar AS tersebut diatas. Wa Allahu A’lam.

Copyright © 2010 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.

Rabu, 17 Maret 2010

BI Defisit : 2009 Rp 1 Triliun ; 2010, Defisit Anggaran BI Rp 22,41 Triliun

Rabu, 06 Januari 2010 | 08:09

ANGGARAN BI 2009

JAKARTA. Anggaran Bank Indonesia (BI) tahun 2009 mengalami defisit sebesar Rp 1 triliun. Nilai defisit ini sedikit lebih kecil dari angka yang diproyeksikan sebelumnya.

"Posisi neraca akhir tahun kurang lebih sebesar Rp 1 triliun seperti proyeksi beberapa bulan terakhir," ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia Ardhayadi Mitroatmodjo kepada KONTAN, pekan lalu.

Dalam proyeksi di awal tahun 2009 lalu, BI memperkirakan tahun 2009 anggaran tahunan BI (ATBI) akan mencatat defisit sebesar Rp 1,905 triliun. Defisit sebesar itu banyak disebabkan oleh membengkaknya ongkos operasi moneter BI yang tercantum dalam anggaran kebijakan. Dalam ATBI, anggaran kebijakan BI yang meliputi operasi moneter untuk menjaga nilai tukar Rupiah dan inflasi sepanjang tahun ini mencapai Rp 18,33 triliun. Sedangkan anggaran operasional diperkirakan defisit Rp 16,42 triliun.

Namun, berapa persisnya defisit dari masing-masing pos anggaran tersebut, Ardhayadi masih belum bisa mengungkap. Yang sudah pasti, nilai defisit total dari neraca BI turun tipis menjadi Rp 1 triliun.

Biaya terbesar BI adalah ongkos kebijakan untuk operasi moneter termasuk di antaranya adalah pembayaran bunga dari instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sepanjang tahun 2009 ini, duit parkir di instrumen tersebut memang cukup tinggi. Tak hanya asing yang menempatkan duitnya di instrumen moneter, kalangan perbankan juga semakin rajin menempatkan likuiditas berlebihnya di SBI. Bunga SBI saat ini sekitar 6,5%. Dalam catatan Ardhayadi, nilai SBI sampai awal November lalu sudah mencapai Rp 280 triliun.

Tahun 2010 ini, BI memperkirakan neracanya bisa mencatat defisit hingga mencapai Rp 22,18 triliun, membengkak berlipat-lipat dari nilai defisit tahun lalu. Besarnya defisit tersebut masih disebabkan oleh mahalnya ongkos moneter BI. BI mengaku masih terus mencari upaya untuk menekan biaya SBI dengan langkah pengurangan SBI. Saat ini BI masih terus melakukan dialog dengan Departemen Keuangan untuk mengganti SBI dengan SBN sebagai instrumen moneter.


2010, Defisit Anggaran BI Rp 22,41 Triliun


JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pada 2010, angka defisit anggaran BI akan lebih besar di tahun ini. Hal itu akan terjadi, jika di tahun ini defisit anggaran BI benar-benar akan mencapai Rp 1,905 triliun.

"Tahun depan kami akan hadapi tantangan yang jauh lebih besar. Sehingga, perkiraan defisit anggaran tahunan BI sebesar Rp 22, 41 triliun," kata Pejabat Sementara Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam Rapat Kerja dengan Komisi 11 DPR-RI di Gedung DPR, Senin (16/11).

Defisit yang luar biasa besar itu dipicu oleh defisit anggaran kebijakan di tahun depan sebesar Rp 37,40 triliun. Perlu diketahui, anggaran kebijakan BI ini mencakup biaya operasi moneter untuk menjaga stabilitas inflasi dan Rupiah.

Darmin menjelaskan, menjaga stabilitas moneter merupakan tugas utama bank sentral. Dus, berapapun biaya yang dibutuhkan untuk keperluan itu tidak bisa ditawar-tawar lagi. "Tidak boleh lebih, tidak boleh kurang," katanya.

Sejatinya, instrumen BI untuk mengendalikan moneter sejauh ini adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI). "Ini adalah instrumen moneter yang utama untuk menarik uang dari dan ke masyarakat," jelas Darmin.

Penempatan dana di SBI baik oleh perbankan maupun investor asing akan diganjar BI dengan bunga. Lazimnya, bunga SBI sebesar suku bunga acuan alias BI rate atau sedikit lebih tinggi. Bunga dari SBI yang sangat besar setiap tahunnya itulah, yang harus ditanggung oleh BI menjadi biaya operasi moneter.


Ruisa Khoiriyah

Ruisa Khoiriyah - Harian KONTAN

Noise Dan Signal Dalam Pasar Emas…

Written by Muhaimin Iqbal
Sunday, 06 December 2009 06:24
Noise and Signal

Saya sering mendapat pertanyaan terutama dari klien-klien yang baru atau calon klien tentang naik turunnya harga emas dunia; pertanyaan ini lebih sering muncul pada saat terjadi perubahan drastik – baik itu harga naik ataupun harga turun. Mudah-mudahan tulisan ini dapat menjawab secara umum – mayoritas dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Dalam pasar mata uang, pasar modal, komoditi dan tak terkecuali pasar emas ada istilah Noise And Signal yang berperan dalam pergerakan harga. Seperti ketika Anda mencari gelombang radio, ketika gelombang yang Anda putar tidak terlalu pas, stasiun terlalu lemah atau terlalu jauh – ada suara kresek-kresek yang tidak jelas – itulah Noise. Sementara bila Anda bisa menangkap suara yang sangat jelas, maka itulah Signal yang sesungguhnya.

Di pasar emas (juga pasar modal, pasar uang dlsb); Noise adalah issue-issue sesaat yang berpengaruh pada fluktuasi harga emas. Namanya juga issue – bisa benar, bisa juga salah – bahkan bisa juga di rekayasa oleh pihak tertentu. Sifat pengaruhnya jangka pendek, setelah issue atau penyebab jangka pendek tersebut mereda – maka harga emas akan kembali ke trend yang semula.

Contoh issue sesaat yang menjadi Noise di pasar emas secara berulang-ulang adalah (rencana) pelepasan emas IMF yang saya tulis di blog saya satu setengah tahun lalu (7 Mei 2008). Contoh lain adalah jatuhnya harga emas dunia akhir pekan ini setelah Amerika mengeluarkan data pengangguran yang ternyata tidak seburuk yang disangkakan oleh pasar – meskipun data ini juga diragukan oleh banyak pihak.

Bila Noise bisa disebabkan oleh issue sesaat yang tidak harus benar; tidak demikian halnya dengan Signal. Signal disebabkan oleh alasan yang bersifat fundamental dan biasanya berdampak dan teruji dalam jangka panjang. Dalam harga emas dunia yang dihitung dengan uang US$ misalnya; alasan fundamental yang mempengaruhi harga emas dunia antara lain ya nilai uang US$ itu sendiri. Uang US$ sangat dipengaruhi oleh fundamental ekonomi Amerika, maka harga emas dunia dalam US$ sangat dipengaruhi oleh ekonomi Amerika.

Di negara seperti Indonesia harga emas dalam Rupiah; Signal naik turunnya dalam jangka panjang selain tergantung ekonomi Amerika (karena harga emas internasionalnya tetap dalam US$) juga tentu saja sangat tergantung dengan ekonomi Indonesia sendiri , untuk ini lihat tulisan saya tentang Mengenal Gold Dinar Quadrant.

Grafik diatas adalah contoh Noise dan Signal ini; contoh Noise besar saya ambilkan periode antara Maret 2008 s/d November 2008 dimana pada periode tersebut harga emas dunia turun sampai 21 %-nya. Penyebabnya adalah issue-issue penyelamatan krisis ekonomi yang tidak jelas selama periode tersebut disamping juga faktor musiman. Bila Anda investor emas atau Dinar yang baru dan hanya menangkap Noise, maka pastilah Anda pada periode tersebut kecewa dengan penurunan ini.

Untuk contoh Signal yang sangat jelas saya ambilkan harga emas dunia dari rentang waktu Januari 2000 sampai awal Desember 2009 ini atau rentang waktu 10 tahun terakhir, dimana harga emas dunia dalam US$ naik menjadi lebih dari 3 kali lipatnya (323 %); maka bila Anda investor emas atau Dinar yang berorientasi jangka panjang – kemungkinan besar Anda telah menangkap dan memanfaatkan Signal yang sangat jelas ini.

Karena saya tidak pernah menganjurkan Anda untuk berspekulasi dengan harga emas jangka pendek; maka memahami Signal yang mempengaruhi atau menggerakkan harga emas jangka panjang adalah tema sentral dari tulisan-tulisan saya di situs ini. Wa Allahu A’lam.
Last Updated on Sunday, 06 December 2009 06:30

Copyright © 2009 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.

Selasa, 16 Maret 2010

Korut Potong 100 Won Jadi 1 Won

Rabu, 2 Desember 2009 | 06:01 WIB


SEOUL, KOMPAS.com - Pemerintah Korea Utara melakukan sanering atau pemotongan nilai mata uang won secara tajam, dari 100 won menjadi 1 won. Langkah itu untuk menekan laju inflasi dan mengekang aktivitas pasar gelap yang telah memperburuk kondisi ekonomi nasional.

Laporan media massa di Korea Utara pada hari Selasa (1/12) menyebutkan, sanering nilai won sebesar dua digit itu berlaku mulai hari Senin (30/11). Perubahan kebijakan pemerintah komunis Korut di bidang keuangan publik ini merupakan yang pertama dalam 17 tahun terakhir ini.

Pejabat perdagangan luar negeri Korut, seperti dikuti kantor berita Yonhap di Seoul, Korea Selatan, menegaskan, pemotongan nilai won memicu rush. Pejabat di Seoul meragukan laporan itu.

Warga Pyongyang pun berbondong-bondong menyerbu pasar gelap guna menukarkan won dengan yuan China dan dollar AS. ”Penduduk Pyongyang terkejut dan panik karena reformasi mata uang itu,” kata para pedagang valas di pasar gelap.

Agen kantor berita China, Xinhua, di Pyongyang melaporkan, Deplu Korut sudah memberi tahu semua kedutaan besar di sana bahwa uang kertas lama, surat berharga, termasuk cek masih bisa ditukarkan hingga hari Minggu. Toko-toko milik negara telah ditutup untuk mengakomodasi perubahan itu. Para pramuniaga mengatakan, toko akan buka kembali sepekan lagi setelah harga baru ditetapkan oleh pemerintah.

”Rasio konversi telah ditetapkan 100 menjadi 1. Oleh karena itu, setiap 1.000 won kini ditukar menjadi 10 won dan 100 won menjadi 1 won,” ungkap seorang pejabat seperti dikutip Yonhap. Dia pun melanjutkan, ”Pasar-pasar gelap di Pyongyang pun kacau-balau karena penduduk bergegas mengubah mata uang lokal ke yuan China dan dollar AS.”

Xinhua juga melaporkan Kementerian Luar Negeri Korut tidak memberikan alasan-alasan akan perubahan tersebut. Adapun Badan Intelijen dan Kementerian Unifikasi Korsel di Seoul mengatakan, pemerintah telah menerima laporan tentang pemotongan nilai won Korut itu, tetapi tidak bisa mendapat konfirmasi soal itu dari Pyongyang.

”Dalam kasus-kasus terdahulu, Korut biasanya mengambil satu keputusan berdasarkan arahan anggota kabinet dari dewan rakyat pusat, yang kemudian dirilis media resmi pada hari itu,” kata juru bicara Kementerian Unifikasi, Chun Hae Sung.

Surat kabar Chosun Ilbo di Pyongyang melaporkan, sanering merupakan strategi Kim Jong Il mengendalikan rezimnya. Sebenarnya, 24 juta penduduk Korut sedang bersiap-siap mendesak Kim untuk segera menyerahkan kekuasaan kepada salah seorang dari tiga anak laki-lakinya.

Menegaskan peran negara

Park Hyeong-Jung, peneliti senior pada Institut Unifikasi Nasional Seoul, mengatakan, sanering dilakukan untuk menegaskan peran negara dalam mengendalikan inflasi dan aktivitas pasar gelap. Pemerintah membatasi jumlah yang ditukar paling banyak 100.000 won per orang.

”Ini sama dengan merampas kekayaan orang dengan kekerasan, mengurangi daya beli mereka secara tajam. Langkah yang ekstrem ini bertujuan melemahkan fungsi pasar bebas yang sedang berkembang di sana,” katanya.

Mata uang Korut, yang disebut won sama seperti mata uang Korsel, secara resmi telah digunakan untuk membendung arus mata uang asing. Namun, nilai aktualnya yang diakui di pasar gelap malah merosot tajam.

Pemerintah Korut secara efektif telah memanggil pulang semua pejabat perdagangan untuk mengawal peredaran mata uang asing. Peredaran itu pun dibatasi, kecuali sebagian dari mata uang asing itu bisa ”disumbangkan” kepada pemerintah pusat. Praktik ini sebetulnya adalah sinyal dari buruknya sistem moneter dan keuangan modern.

Kasus salah urus ekonomi bertahun-tahun, bencana alam, runtuhnya Uni Soviet, dan sanksi internasional atas ambisi nuklir Pyongyang telah mengguncang ekonomi Korut. Utusan khusus AS untuk Korut, Stephen Bosworth, mengunjungi Pyongyang awal pekan depan. Dia akan membujuk Korut agar meninggalkan program nuklirnya.(REUTERS/AFP/AP/CAL)

Dengan Syariah Emas, Dunia Akan Bisa 8.7 Kali Lebih Makmur…!

Written by Muhaimin Iqbal

Tuesday, 20 October 2009 07:42
Piramid Terbalik

Dalam sebuah siaran televisi Business News Network (BNN) beberapa hari lalu, Trace Mayer – seorang financial blogger yang cerdas dari Canada memberikan uraian menarik tentang struktur kekayaan di seluruh dunia saat ini. Dia menggambarkan struktur kekayaan ini membentuk piramida terbalik seperti pada ilustrasi disamping.

Paling atas adalah kekayaan ‘paling palsu’ yang menggelembung dalam berbagai bentuk derivatives, nilainya mencapai sekitar US$ 1,600 Trilyun (Seribu Enam Ratus Trilyun US Dollars !). Dibawahnya sedikit lebih baik dari ini adalah berbagai asset dalam bentuk real estate dan non–monetary commodities, jumlahnya hanya sekitar 8 % dari asset yang di gelembungkan tersebut diatas atau sekitar US$ 125 Trilyun.

Yang ketiga adalah hutang yang ada jaminannya dan saham, nilainya hanya US$ 100 Trilyun . Yang keempat adalah uang dalam arti luas dalam bentuk obligasi pemerintah, treasury bills dlsb.; nilainya sebesar kurang lebih US$ 65 Trilyun. Yang kelima adalah uang kertas dalam bentuk fisik seperti US$ Yen , Euro, Rupiah dst.; nilainya hanya sekitar US$ 4 Trilyun.

Yang terakhir adalah kekayaan yang sesungguhnya yaitu berupa emas dan perak yang nilainya dperkirakan hanya sekitar US$ 4 Trilyun, atau hanya 0.25% dari kekayaan yang paling atas (derivatives).

Struktur ini digambarkan sebagai piramida yang terbalik oleh Trace Mayer, untuk mengisyaratkan betapa labilnya ekonomi dunia saat ini. Kekayaan yang paling atas adalah yang paling tidak aman, semakin kebawah semakin aman.

Seperti grafitasi bumi yang menarik benda-benda jatuh kebawah, maka setiap kali pemegang asset merasa tidak nyaman dengan asset-nya - maka dia akan mencari pelarian ke asset yang lebih aman dibawahnya.

Investor yang sudah tidak nyaman dengan derivatives akan pindah ke real estate dan sejenisnya; kemudian tidak nyaman lagi akan pindah ke securitized debt dan stocks, tidak nyaman lagi akan pindah ke obligasi pemerintah dan sejenisnya; tidak nyaman lagi akan memilih memegang uang saja; dan tidak nyaman lagi akhirnya akan berburu emas dan perak.

Karena emas dan perak jumlahnya terbatas dan tidak bisa digelembungkan seperti pada asset-aset diatasnya, maka apa yang akan terjadi ? hukum permintaan dan penawaran yang akan berlaku. Ketika permintaan melebihi penawaran, harga pasti naik.

Lantas dengan emas yang nilainya hanya sekitar US$ 4 trilyun atau 0.25 % dari seluruh asset derivatives dunia; apakah emas akan cukup untuk memutar ekonomi dunia ? jawabannya adalah sangat-sangat cukup !. Berikut perhitungannya :

Total seluruh Gross Domestic Product (GDP) dunia saat ini ‘hanya’ sekitar US$ 55 Trilyun; jadi jelas tidak memerlukan derivates yang nilainya US$ 1,600 Trilyun untuk menghasilkan GDP yang nilainya hanya US$ 55 Trilyun ini. Tetapi emas yang diam atau disimpan saja, nilainya cuma US$ 4 Trilyun, jadi tidak cukup juga untuk menghasilkan GDP yang US$ 55 Trilyun.

Itulah sebabnya dalam Islam, emas tidak boleh ditimbun, tidak boleh digunakan untuk perhiasan laki-laki, tidak boleh untuk tempat makan dan minum – agar dia beredar untuk digunakan sebagai uang. Contoh yang diberikan dalam suatu hadits Rasulullah SAW, perputaran harta yang banyak ini adalah hanya dalam waktu 3 hari.

Jadi emas yang ada di dunia senilai US$ 4 Trilyun, bila berputar sebagai uang dengan kecepatan berputar 3 hari sekali, maka potensi nilai ekonomi yang diputarnya akan mencapai US$ 480 Triyun atau sekitar 8.7 kali dari total GDP seluruh dunia saat ini. !.

Artinya apa ini semua ?; dengan menggunakan emas sebagai uang, kemudian penggunaannya mengikuti tuntunan syariah – maka dunia bisa 8.7 kali lebih makmur dari dunia yang sekarang. Wa Allahu A’lam.

Copyright © 2009 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.

Dengan Syariah Emas, Dunia Akan Bisa 8.7 Kali Lebih Makmur…!

Written by Muhaimin Iqbal

Tuesday, 20 October 2009 07:42
Piramid Terbalik

Dalam sebuah siaran televisi Business News Network (BNN) beberapa hari lalu, Trace Mayer – seorang financial blogger yang cerdas dari Canada memberikan uraian menarik tentang struktur kekayaan di seluruh dunia saat ini. Dia menggambarkan struktur kekayaan ini membentuk piramida terbalik seperti pada ilustrasi disamping.

Paling atas adalah kekayaan ‘paling palsu’ yang menggelembung dalam berbagai bentuk derivatives, nilainya mencapai sekitar US$ 1,600 Trilyun (Seribu Enam Ratus Trilyun US Dollars !). Dibawahnya sedikit lebih baik dari ini adalah berbagai asset dalam bentuk real estate dan non–monetary commodities, jumlahnya hanya sekitar 8 % dari asset yang di gelembungkan tersebut diatas atau sekitar US$ 125 Trilyun.

Yang ketiga adalah hutang yang ada jaminannya dan saham, nilainya hanya US$ 100 Trilyun . Yang keempat adalah uang dalam arti luas dalam bentuk obligasi pemerintah, treasury bills dlsb.; nilainya sebesar kurang lebih US$ 65 Trilyun. Yang kelima adalah uang kertas dalam bentuk fisik seperti US$ Yen , Euro, Rupiah dst.; nilainya hanya sekitar US$ 4 Trilyun.

Yang terakhir adalah kekayaan yang sesungguhnya yaitu berupa emas dan perak yang nilainya dperkirakan hanya sekitar US$ 4 Trilyun, atau hanya 0.25% dari kekayaan yang paling atas (derivatives).

Struktur ini digambarkan sebagai piramida yang terbalik oleh Trace Mayer, untuk mengisyaratkan betapa labilnya ekonomi dunia saat ini. Kekayaan yang paling atas adalah yang paling tidak aman, semakin kebawah semakin aman.

Seperti grafitasi bumi yang menarik benda-benda jatuh kebawah, maka setiap kali pemegang asset merasa tidak nyaman dengan asset-nya - maka dia akan mencari pelarian ke asset yang lebih aman dibawahnya.

Investor yang sudah tidak nyaman dengan derivatives akan pindah ke real estate dan sejenisnya; kemudian tidak nyaman lagi akan pindah ke securitized debt dan stocks, tidak nyaman lagi akan pindah ke obligasi pemerintah dan sejenisnya; tidak nyaman lagi akan memilih memegang uang saja; dan tidak nyaman lagi akhirnya akan berburu emas dan perak.

Karena emas dan perak jumlahnya terbatas dan tidak bisa digelembungkan seperti pada asset-aset diatasnya, maka apa yang akan terjadi ? hukum permintaan dan penawaran yang akan berlaku. Ketika permintaan melebihi penawaran, harga pasti naik.

Lantas dengan emas yang nilainya hanya sekitar US$ 4 trilyun atau 0.25 % dari seluruh asset derivatives dunia; apakah emas akan cukup untuk memutar ekonomi dunia ? jawabannya adalah sangat-sangat cukup !. Berikut perhitungannya :

Total seluruh Gross Domestic Product (GDP) dunia saat ini ‘hanya’ sekitar US$ 55 Trilyun; jadi jelas tidak memerlukan derivates yang nilainya US$ 1,600 Trilyun untuk menghasilkan GDP yang nilainya hanya US$ 55 Trilyun ini. Tetapi emas yang diam atau disimpan saja, nilainya cuma US$ 4 Trilyun, jadi tidak cukup juga untuk menghasilkan GDP yang US$ 55 Trilyun.

Itulah sebabnya dalam Islam, emas tidak boleh ditimbun, tidak boleh digunakan untuk perhiasan laki-laki, tidak boleh untuk tempat makan dan minum – agar dia beredar untuk digunakan sebagai uang. Contoh yang diberikan dalam suatu hadits Rasulullah SAW, perputaran harta yang banyak ini adalah hanya dalam waktu 3 hari.

Jadi emas yang ada di dunia senilai US$ 4 Trilyun, bila berputar sebagai uang dengan kecepatan berputar 3 hari sekali, maka potensi nilai ekonomi yang diputarnya akan mencapai US$ 480 Triyun atau sekitar 8.7 kali dari total GDP seluruh dunia saat ini. !.

Artinya apa ini semua ?; dengan menggunakan emas sebagai uang, kemudian penggunaannya mengikuti tuntunan syariah – maka dunia bisa 8.7 kali lebih makmur dari dunia yang sekarang. Wa Allahu A’lam.

Copyright © 2009 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.

Sistem Keuangan Porak-poranda dengan Kerugian Triliunan

Krisis Global
Sabtu, 14 Maret 2009 | 03:07 WIB
Simon Saragih
Memiliki mobil atau rumah tidak harus dengan uang tunai, tetapi bisa dengan mencicil. Kebiasaan ini sudah berlangsung lama di dunia dengan mengandalkan pembayaran dari gaji. Hanya orang mapan yang bisa membeli segala kebutuhan dengan uang tunai.

Kegiatan mencicil seperti itu berjalan lancar. Tidak terdengar kebangkrutan massal perusahaan keuangan secara global sejak 1930-an. Ada sejumlah kasus kehancuran sistem keuangan di beberapa negara, tetapi tidak memberi efek domino kebangkrutan massal seperti sekarang.

Bukti lain, Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mengatakan, tak pernah ada pertumbuhan ekonomi dunia yang negatif sejak Depresi Besar 1929.

Paul Krugman dan Joseph E Stiglitz, dua ekonom AS peraih Hadiah Nobel Ekonomi, mengatakan, ada regulasi yang membuat bank dan lembaga keuangan memberi kredit dengan rambu-rambu yang aman. Jika sebagian kredit yang dikucurkan macet, ada perusahaan asuransi yang menjamin kemacetan itu. Jika bank bangkrut sekalian, ada perusahaan penjamin deposito.

Dengan sistem seperti itu, konsumen, nasabah, dan perbankan sama-sama merasa aman dengan kegiatan saling meminjamkan, termasuk kegiatan meminjamkan kepada perusahaan. Dari proses pinjam-meminjam ini terjadilah permintaan, yang menjadi inti pendorong aktivitas perekonomian.

Kegiatan seperti itu buyar untuk sementara. Nasabah dan konsumen tidak dipercaya atau tidak memiliki daya beli sebagian karena sudah dikenai PHK. Bank tidak punya dana, bahkan sudah bangkrut, dan ini terjadi pada bank-bank kaliber dunia, seperti UBS, Citigroup, dan ABN-AMRO yang sudah almarhum.

Ini merembet ke perusahaan dengan anjloknya, misalnya, penjualan mobil buatan General Motors, Ford, Toyota, dan Honda. Hampir semua kategori produk mengalami penurunan penjualan. Sebagian kartu kredit pun kini sudah sekadar kartu yang tak berdaya beli lagi.

Warren Buffett mengatakan, kepercayaan itu pilar dari sistem yang tidak akan jalan tanpa kepercayaan. Ketiadaan kepercayaan itu contagious, menular dan menyebar ke semua sektor dengan daya rusak yang besar.

”Shadow banking”

Mengapa keadaan menjadi kacau? Kegiatan shadow banking, ”bank-bank gelap”, merajalela dalam 25 tahun terakhir. Sebagian ”bank-bank gelap” adalah perpanjangan tangan bank-bank konvensional dan tidak disentuh oleh hukum karena memang tidak diawasi. Regulator ketinggalan kereta.

Michael Hiltzik, kolumnis di harian AS, The Los Angeles Times, pada 12 Maret menulis, terjadi cerita horor dalam sistem keuangan. Walau dikatakan ”bank-bank gelap”, perusahaannya tidak gelap. Lehman Brothers adalah perusahaan AS berusia di atas 150 tahun. Sejumlah bank dan perusahaan besar dan resmi lainnya di AS juga terlibat. AIG, perusahaan asuransi terbesar dunia asal AS, pun sudah mirip ”spekulan”.

Besaran bisnis kegiatan ”bank-bank gelap”, menurut Paul Krugman, sekitar 10 triliun dollar AS, lebih besar dari kegiatan bank-bank konvensional. Mereka menggantikan peran utama bank konvensional dan menjadi saluran utama proses pinjam-meminjam.

”Bank-bank gelap” menipu investor, nasabah, dan masyarakat, serta menipu sesamanya. Pemodal dibujuk untuk menanamkan dana di perusahaan mereka. Dana dikucurkan kepada siapa saja yang bisa ditubruk tanpa memerhatikan kemampuan pengembalian pinjaman. Sekitar 1,2 juta warga di AS, misalnya, bisa mendapat rumah dari kredit, yang tidak didukung pendapatan untuk mencicil di kemudian hari. Walau untung tak ada, eksekutifnya mendapat bonus besar, seperti terjadi pada Merrill Lynch. ”Horrific,” kata Krugman.

Masalah bukan hanya karena kucuran kredit berlebihan tanpa rambu-rambu. ”Bank-bank gelap” itu juga turut serta berspekulasi di bursa. Dana-dana yang mereka dapat dimainkan di bursa. Salah satu yang terkenal adalah dengan mengerek harga komoditas menjadi tinggi, seperti harga kedelai dan minyak, sebagaimana pernah dikatakan Steve Forbes, pemilik majalah Forbes.

Para eksekutif keuangan Wall Street meraup keuntungan pribadi tidak dari keuntungan perusahaan, tetapi menelan dana dengan mengorbankan nasabah. Ini terjadi pada kasus Bernard Madoff, penipuan tunggal terbesar dalam sejarah dengan kerugian 170 miliar dollar AS.

CEO JP Morgan Chase Jamie Dimon, di New York, pekan ini, mengakui, perilaku seperti itu telah mengacaukan sistem keuangan. CEO HSBC Stephen Green mengakui, etika buruk sistem perbankan telah menjadi sumber kekacauan.

Berdasarkan data Bank Pembangunan Asia, jumlah uang yang lenyap akibat kekacauan di sektor keuangan sekitar 50 triliun dollar AS. Ini termasuk nilai kekayaan dunia yang lenyap akibat kejatuhan indeks-indeks di bursa global, bukan saja di AS.

CEO Blackstone Group LP Stephen Schwarzman, Selasa (10/3) di New York, mengatakan, 45 persen kekayaan dunia rusak akibat krisis kredit global. Jika dunia kehilangan 50 triliun dollar AS dana, bayangkan apa dampaknya untuk dunia dengan besaran produk domestik bruto (PDB) 60 triliun dollar AS?

Bagaimana memulihkan ekonomi dunia, kapan krisis akan selesai. ”Saya hanya bisa mengharapkan agar kita semua mendapatkan keberuntungan,” kata Krugman di National Press Club, Washington, Desember 2008. Pernyataan ini merefleksikan dalamnya persoalan, yang tidak bisa diprediksi kapan dan bagaimana menyelesaikannya

Emas dan Perak, Simbol Perlawanan terhadap Dollar Cs

Ingin menumbangkan hegemoni Zionis Internasional secara efektif, cepat, namun aman? Segeralah mempergunakan emas dan perak (Dinar dan Dirham) sebagai mata uang dan investasi, dan sedikit demi sedikit—lebih cepat lebih baik—menukar Rupiah, Dollar, Yen, Euro, Poundsterling, Gulden, dan sebagainya dengan emas dan perak sebagai mata uang yang sejati, karena yang lain itu sesungguhnya cuma simbol yang secara intrinsik tidak memiliki nilai apa-apa.

Apa yang kita namakan dengan mata uang sekarang ini, yaitu Dollar, Yen, Rupiah, Poundsterling, Euro, dan sebagainya, pada hakikatnya hanya selembar kertas biasa (dan yang berbentuk koin juga koin biasa yang tak ada harganya), yang hanya menjadi “uang” karena ada jaminan dari bank. Bank sendiri berani menjamin mata uang yang tak berharga tersebut karena memiliki cadangan devisa berupa emas dan perak.

Emas dan perak inilah yang sampai saat ini terus berupaya direbut dan ditimbun oleh Konspirasi Yahudi Internasional dari tangan seluruh warga dunia, agar emas dan perak seluruh dunia berada di tangan kaum Yahudi Internasional dan di tangan kaum non-Yahudi hanyalah selembar kertas tidak berharga yang dipakai sebagai alat transaksi. Keadaan ini akan sangat menguntungkan kaum Yahudi Internasional yang bisa seenaknya memainkan nilai tukar mata uang tersebut sehingga masyarakat non-Yahudi bisa dikendalikan dengan mudah.

Penguasaan dan pengendalian dunia merupakan tujuan utama kaum Yahudi. Kaum Yahudi sangat yakin, ini didukung oleh Talmud, bahwa kaum Yahudi adalah kaum yang dipilih Tuhan untuk memimpin dunia dan menjadikan semua manusia non-Yahudi sebagai budaknya. Bahkan Talmud mengatakan bahwa hanya orang Yahudi-lah yang bisa dianggap manusia, sedangkan orang-orang non-Yahudi tidak bisa dianggap manusia dan lebih tepat disamakan dengan binatang. Sebab itu, orang-orang Yahudi mempunyai istilah lain bagi orang non-Yahudi, yakni Ghoyim atau Gentiles.

Salah satu strategi utama kaum Yahudi untuk menundukkan dunia adalah dengan menimbun emas dari seluruh dunia ke tangannya, dan menyebarkan mata uang-mata uang palsu ke seluruh penjuru dunia. Ini telah dirancang dengan baik oleh Mayer Amschell Rothschild dalam pertemuan rahasia 13 Dinasti Yahudi Dunia di Judenstrasse, Bavaria, pada tahun 1773, yang kemudian dalam Konferensi Zionis Internasional pertama di Bassel-Swiss, 1897, disahkan menjadi agenda bersama Zionis Internasional yang dinamakan sebagai Protokol of Zions.

Inilah sejumlah butir dalam Protokolat Zionis yang berhubungan dengan penguasaan dunia lewat kekuatan emas dan uang:

“Kekuatan uang selalu bisa mengalahkan segalanya. Agama yang bisa menguasai rakyat pada masa dahulu, kini mulai digulung dengan kampanye kebebasan. Namun rakyat banyak tidak tahu harus mengapa dengan kebebasan itu. Inilah tugas Konspirasi untuk mengisinya demi kekuasaan, dengan kekuatan uang. ” (butir 3)

“Dengan emas, Konspirasi akan menguasai opini dunia. Satu orang Yahudi yang menjadi korban sama dengan 1000 orang non-Yahudi (Gentiles/Ghoyim) sebagai balasannya” (butir 13)

“Krisis ekonomi yang dibuat akan memberikan hak baru kepada Konspirasi, yaitu hak pemilik modal dalam penentuan arah kekuasaan. Ini akan menjadi kekuasaan turunan. ” (butir 15)

“Monopoli kegiatan perekonomian raksasa dengan dukungan modal yang dimiliki Konspirasi adalah syarat utama untuk menundukkan dunia, hingga tidak ada satu kekutan non-Yahudi pun yang bisa menandinginya. Dengan demikian, kita bisa bebas memainkan krisis suatu negeri. ” (butir 20)

“Penguasaan kekayaan alam negeri-negeri non-Yahudi mutlak dilakukan. ” (butir 21)

Lantas, apa sebenarnya beda emas dan perak dengan mata uang-mata uang negara-negara dunia yang sekarang dicetak dari selembar kertas biasa?

Kehebatan Emas dan Perak

Sejak berabad-abad silam, emas dan perak telah menjadi logam mulia yang diagungkan oleh banyak manusia. Bahkan emas dan perak, juga batu permata, telah dipergunakan oleh raja-raja, para sultan, para diktator, tiran, dan sebagainya sebagai bahan dasar pembuatan mahkota mereka.

Pertanyaannya seperti yang ditanyakan oleh A. Riawan Amin dalam buku “The Satanic Financial: True Conspiracies” (Celestial Publishing, 2007): “Kenapa Tuhan perlu menciptakan emas dan perak?”

Presiden Direktur Bank Muamalat Indonesia yang getol mengkampanyekan penggunaan emas dan perak sebagai mata uang sejati ini mengutip Ibnu Khaldun dalam ‘Muqaddimah”nya: “Tuhan menciptakan dua logam mulia itu untuk menjadi alat pengukur nilai atau harga (measure of value) bagi segala sesuatu. ”

Al-Maqrizi dalam “Ighatsah” juga menyatakan, “Allah menciptakan dua logam mulia itu bukan sekadar sebagai alat pengukur nilai, atau untuk menyimpan kekayaan (investasi), tetapi juga sebagai alat tukar (medium of exchange). ” Karena tingginya kedudukan emas dan perak inilah maka banyak kalangan menganggap kedua logam mulia tersebut sebagai Heaven’s Currency (Mata uang surga).

A. Riawan Amin menulis, “Masyarakat kuno sudah menggunakan emas, perak, dan tembaga untuk transaksi ekonomi. Emas dan perak dipilih karena kelangkaan (rare) dan warnanya yang indah. Dalam sejarah manusia, tak lebih dari 90. 000 ton emas yang ditambang dari perut bumi. Sementara perak dan tembaga untuk memenuhi transaksi dengan nilai yang lebih rendah dari emas. ”

Uniknya, tambah Amin, dunia modern mengklasifikasikan logam-logam mulia tersebut dalam kolom yang sama. Tabel Periodik menempatkan emas, perak, dan tembaga (dengan simbol masing-masing Au, Ag, dan Cu) dalam kelompok yang sama yakni Golongan 11. Berbeda dengan kebanyakan logam lainnya, emas memiliki sifat yang sangat istimewa.

Pertama, ia tidak bisa diubah dengan bahan kimia apa pun. Archimedes (300 SM) membuktikan bahwa emas bisa dideteksi tanpa merusak dan hanya dengan menggunakan air tawar biasa. Karena bukan termasuk logam yang aktif maka emas tidak terpengaruh oleh air dan udara. Tidak seperti besi atau logam lainnya, emas tidak bisa berkarat.

Selain itu, emas juga termasuk logam yang sangat lunak. Bisa ditempa menjadi lempengan yang super tipis dan bisa juga ditempa menjadi kawat dengan ketebalan super mini. Bayangkan saja, satu ons emas bisa ditempa dengan luas seukuran 100 kaki persegi atau dibuat kawat sepanjang 50 mil!

Emas juga dikenal sebagai logam mulia paling berat. Satu kaki kubik emas beratnya mencapai lebih dari setengah ton. Itulah sebabnya mengapa dalam sejarah manusia tidak pernah ada pencurian emas dalam skala besar karena untuk itu diperlukan alat berat untuk mengangkatnya.

Dan Maha Besar Allah SWT yang telah menciptakannya, sepanjang sejarah manusia, penambangan emas dunia dari tahun ke tahun hanya mengalami kenaikan dua persen tiap tahunnya. Dalam setahun seluruh industri tambang emas dunia menghasilkan kira-kira 2.000 ton emas. Bandingkan dengan produksi baja AS sejak 1995 seperti yang dirilis Iron and Steel Institute yang bermarkas di Washington DC yang mencapai 10. 500 ton perjamnya. Sebab itu, emas sungguh-sungguh logam yang sanga langka dan sangat stabil nilainya sejak awal sejarah manusia hingga kini.

Dalam tulisan kedua, selain kehebatan emas dan perak juga akan dikupas tentang kelemahan mata uang palsu yang kini dipakai banyak negara dunia dan kaitannya dengan Konspirasi Yahudi Internasional.(Bersambung)
Sumber :Rizki Ridyasmara (http://www.eramuslim.com)

Emas dan Perak, Simbol Perlawanan terhadap Dollar Cs

Akibat gejolak politik yang berawal dari kepentingan ekonomi, pada 1913 para bankers AS menyatakan telah terjadi kekurangan mata uang di Amerika. Oleh sebab itu, pemerintah Amerika tidak bisa menerbitkan mata uang lagi karena semua emas cadangannya telah terpakai.

Agar ada tambahan sirkulasi uang, sekelompok orang kemudian mendirikan satu bank yang dinamakan “The Federal Reserve Bank of New York”, yang kemudian menjual stock yang dimiliki dan dibeli oleh mereka sendiri senilai US$ 450. 000. 000 melalui bank-bank: Rothschild Bank of London, Rothschild Bank of Berlin, Warburg Bank of Hamburg, Warburg Bank of Amsterdam (Keluarga Warburg mengontrol German Reichsbank bersama Keluarga Rothschild), Israel Moses Seif Bank of Italy, Lazard Brothers of Paris, Citibank, Goldman & Sach of New York, Lehman & Brothers of New York, Chase Manhattan Bank of New York, serta Kuhn & Loeb Bank of New York.

Karena bank-bank tersebut mempunyai cadangan emas yang besar, maka bank tersebut dapat mengeluarkan mata uang yang dengan jaminan emas tersebut dan mata uang tersebut disebut “Federal Reserve Notes”. Bentuknya sama dengan mata uang Amerika dan masing-masing dapat saling tukar.

Untuk membayar bunga, pemerintah Amerika menciptakan income-tax. Jadi sebenarnya warganegara Amerika membayar bunga kepada Federal Reserve. Income tax dimulai tahun 1913, pada tahun yang sama Federal Reserve Bank didirikan. Seluruh income tax yang terkumpul dibayarkan ke Federal Reserve sebagai bunga atas pinjaman.

Awal tahun 1929, Federal Reserve berhenti menerima uang emas sebagai bayaran. Yang berlaku hanya ‘uang resmi’. Federal Reserve mulai menarik uang kertas yang dijamin emas dari sirkulasi dan menggantinya dengan ‘uang resmi’.

Sebelum tahun 1929 berakhir, ekonomi Amerika mengalami malapetaka (dikenal dengan masa ‘Great Depression’). Tahun 1931, Presiden Amerika Hoover mengumumkan kekurangan budjet sebesar US$ 902. 000. 000. Tahun 1932 Amerika menjual emas senilai US$ 750. 000. 000 yang digunakan untuk menjamin mata uang Amerika. Ini sama dengan ‘penjualan likuidasi’ sebuah perusahaan bermasalah. Emas yang dijual ini dibeli dengan potongan (discount rates) oleh bank internsional/bank asing (persis keadaannya seperti di Indonesia sekarang ini), dan pembelinya adalah pemilik Federal Reserve di New York.

Roosevelt melakukan serangkaian keputusan untuk melakukan reorganisasi pemerintahan Amerika sebagai suatu perusahaan. Perusahaan ini kemudian mengalami kebangkrutan. Amerika bangkrut karena tidak bisa membayar bunganya akibat berhutang kepada Federal Reserve. Akibat bangkrutnya Amerika, maka bank-bank yang merupakan pemilik Federal Reserve sekarang memiliki SELURUH Amerika, termasuk warganegaranya dan asset-assetnya. Negara Amerika bentuknya adalah anak perusahaan Federal Reserve.

Tahun 1934 Roosevelt memerintahkan seluruh bank di Amerika untuk tutup selama satu minggu dan menarik emas dari seluruh warga AS dan juga mata uang yang diback-up emas dan menggantinya dengan “seolah-olah uang” (uang kartal) yang dicetak Federal Reserve. Tahun itu dikenang sebagai ‘Liburan Bank Nasional’.

Warga AS Dilarang Memiliki Emas

Rakyat mulai menahan emasnya karena mereka tidak mau menggunakan kertas tak bernilai “seolah-olah uang”. Karena itu Roosevelt pada tahun 1934 mengeluarkan perintah bahwa setiap warganegara dilarang memiliki emas, karena illegal. Para hamba hukum mulai melakukan penyelisikan pada orang-orang yang memiliki emas, dan segera menyitanya jika ditemukan. (Catatan: Pada saat itu rakyat yang ketakutan berbondong-bondong menukar emasnya dengan sertifikat/bond bertuliskan I. O. U yang ditandatangani oleh Morgenthau, Menteri Keuangan Amerika). Hal ini merupakan perampokan emas besar-besaran yang terjadi dalam sejarah umat manusia. Tahun 1976 Presiden Carter mencabut aturan ini.

Tahun 1963 Presiden Kennedy memerintahkan Departemen Keuangan Amerika untuk mencetak uang logam perak. Langkah ini mengakhiri kekuasaan Federal Reserve karena dengan memiliki uang sendiri, maka rakyat Amerika tidak perlu membayar bunga atas uangnya sendiri. Lima bulan setelah perintah itu dikeluarkan, Presiden Kennedy mati dibunuh.

Langkah pertama Presiden Johnson adalah membatalkan keputusan Presiden Kennedy dan memerintahkan Departemen Keuangan Amerika untuk menghentikan pencetakan mata uang perak sekaligus menarik mata uang perak dari peredaran untuk dimusnahkan. Pada hari yang sama Kennedy dimakamkan, Federal Reserve Bank mengeluarkan uang ‘no promise’ yang pertama. Uang ini tidak menjanjikan bahwa mereka akan membayar dalam mata uang yang sah secara hukum, tetapi mata uang ini merupakan alat pembayaran yang berlaku.

Presiden Ronald Reagan merencanakan memperbaiki pemerintahanh Amerika sesuai dengan aturan konstitusi. Ia ditembak beberapa bulan kemudian oleh anak dari teman dekatnya, Wakil Presiden George Bush. Reagan tidak mengeluarkan perintah baru dan pada tahun 1987 untuk melaksanakannya namun perintah tersebut tidak ditanggapi oleh pemerintah Amerika.

Tahun 1993, James Traficant dalam pidatonya yang terkenal di Parlemen mengutuk sistem Federal Reserve sebagai suatu penipuan besar-besaran. Tak lama setelah itu ia menjadi korban penyelidikan korupsi sekali pun tidak ada tuntutan kepadanya selama bertahun-tahun.

Pada tahun 2002, Traficant akhirnya terbukti korupsi. Ia mengatakan bahwa saksi-saksi yang melawan dia semuanya dipaksa untuk berbohong. Ia juga mengeluh karena tidak diperkenankan menghubungi semua orang yang menyelidikinya, sebagai saksi. Karena kebusukan sistem The Federal Reserve, penguasa AS anti Yahudi Henry Ford pernah berkata, “Barangkali ada bagusnya rakyat Amerika pada umumnya tidak mengetahui asal-usul uang, karena jika mereka mengetahuinya, saya yakin esok pagi akan timbul revolusi. ”

Demikian sejarah kebusukan sistem mata uang kartal. Umat Islam seharusnya dengan penuh kesungguhan mulai menggunakan kembali emas dan perak sebagai mata uang, bukan dollar, rupiah, dan sebagainya. Kita harus sadar, kaum Yahudi Internasional sepanjang sejarahnya terus menghimpun dan mengangkangi emas dan perak dari seluruh manusia non-Yahudi. Untuk melawan semuanya itu tidak ada jalan lain, umat Islam harus kembali kepada penggunaan emas dan perak sebagai mata uang dan juga sebagai investasi.

Di Amerika Serikat saja, sejumlah warganegaranya telah lama aktif mengkampanyekan kembali penggunaan emas dan perak sebagai mata uang sejati (Liberty Dollar). Pelan tapi pasti, dunia akan kembali mempergunakan mata uang sejati ini. Mudah-mudahan kita tidak terlambat.

Emas dan Perak, Simbol Perlawanan terhadap Dollar Cs (Bag.3)

Senin, 13 Agu 07 09:38 WIB
Kirim teman

Pada prinsipnya, sistem The Satanic Finance yang mendewakan uang kartal adalah sistem penipuan terhadap masyarakat banyak. Secara sederhana, sistem ini bisa digambarkan sebagai mencetak sebanyak-banyaknya uang kartal (uang simbol yang sesungguhnya tidak memiliki nilai sama sekali) dan mengguyurnya ke tengah masyarakat. Di lain pihak dalam waktu bersamaan, pengelola atau pengusaha yang mencetak uang kartal itu menarik sebanyak-banyaknya batangan emas ke pihaknya dari masyarakat luas. Jadi mereka menukar uang kartal yang sama sekali tidak ada harganya dengan batangan-batangan emas.

Sejarah Uang di Amerika Serikat

Sejarah uang kartal bisa kita lihat dengan sangat bagus dalam sejarah perekonomian Amerika Serikat. Semua paparan di bawah ini terkait sejarah uang di AS dikutip dari buku “Knights Templar, Knights of Christ” (Pustaka Alkautsar, 2006):

Jauh sebelum AS terbentuk, para Mason telah berada di daratan ini. Ketika Amerika masih berupa 13 koloni Inggris, Benjamin Franklin mengunjungi London dan menemui sejumlah pemodal Yahudi di sana. Dalam pertemuan yang dicatat dalam Dokumen Senat AS halaman 98 butir 33, yang dilaporkan Robert L. Owen, mantan kepala komisi bank dan keuangan Kongres AS, dilaporkan bahwa wakil-wakil perusahaan Rothschild di London menanyakan kepada Benjamin Franklin hal-hal apa saja yang bisa membuat perekonomian koloni Amerika itu bisa maju.

Franklin anggota Freemansonry Inggris itu menjawab, “Itu mudah. Kita akan cetak mata uang kita sendiri, sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh industri yang kita miliki. ” Rothschild segera saja mencium kesempatan besar untuk menangguk untung di koloni Inggris ini. Namun sebagai langkah awal, hak untuk mencetak uang sendiri bagi koloni di seberang lautan tersebut masih dilarang oleh Inggris yang sudah dikuasai Yahudi.

Amshell Mayer Rothschild sendiri saat itu masih sibuk di Jerman mengurus bisnisnya, yang salah satu cabang usahanya adalah mengorganisir tentara bayaran (The Mercenaries) Jerman bagi Inggris untuk menjaga koloni-koloni Inggris yang meluas melampaui Eropa. Usulan mencetak mata uang sendiri bagi Amerika, lepas dari sistem mata uang Inggris, akhirnya tiba di hadapan Rothschild. Setelah memperhitungkan segala laba yang akan bisa diperoleh, demikian pula dengan penguasaan politisnya, maka Rothschild akhirnya menganggukkan kepalanya.

Dengan cepat lahirlah sebuah undang-undang yang memberi hak kepada pemerintah Inggris di koloni Amerika untuk mencetak mata uangnya sendiri bagi kepentingan koloninya tersebut. Seluruh asset koloni Amerika pun dikeluarkan dari Bank Sentral Inggris, sebagai pengembalian deposito seklaigus dengan bunganya yang dibayar dengan mata uang yang baru. Hal ini menimbulkan harapan baru di koloni Amerika. Tapi benarkah demikian?

Dalam jangka waktu setahun ternyata Bank Sentral Inggris—lewat pengaruh pemodal Yahudi—menolak menerima pembayaran lebih dari 50% dari nilai mata uang Amerika, padahal ini dijamin oleh undang-undang yang baru. Dengan sendirinya, nilai tukar mata uang Amerika pun anjlok hingga setengahnya. “…Masa-masa makmur telah berakhir, dan berubah menjadi krisis ekonomi yang parah. Jalan-jalan di seluruh koloni tersebut kini tidak lagi aman, ” demikian paparan Benjamin Franklin yang tercatat dalam Dokumen Kongres AS nomor 23.

Belum cukup dengan itu, pemerintah pusat Inggris memberlakukan pajak tambahan kepada koloninya tersebut yakni yang dikenal sebagai Pajak Teh. Keadaan di koloni Amerika bertambah buruk. Kelaparan dan kekacauan terjadi di mana-mana. Ketidakpuasan rakyat berbaur dengan ambisi sejumlah politikus. Situasi makin genting. Dan tangan-tangan yang tak terlihat semakin memanaskan situasi ini untuk mengobarkan apa yang telah terjadi sebelumnya di Inggris dan Perancis: Revolusi.

Sejarah mencatat, bentrokkan bersenjata antara pasukan Inggris melawan pejuang kemerdekaan Amerika Serikat meletus pada 19 April 1775. Jenderal George Washington diangkat menjadi pimpinan kaum revolusioner. Selama revolusi berlangsung, Konspirasi Yahudi Internasional seperti biasa bermain di kedua belah pihak. Yang satu mendukung Inggris, memberikan utang dan senjata untuk memadamkan ‘pemberontakan kaum revolusioner’, sedangkan satu pihak lagi mendukung kaum revolusioner dengan uang dan juga senjata. Tangan-tangan Konspirasi menyebabkan Inggris kalah dan pada 4 Juli 1776, sejumlah tokoh Amerika Serikat mendeklarasikan kemerdekaannya.

Merdeka secara politis ternyata tidak menjamin kemerdekaan penuh secara ekonomis. Kaum pemodal Yahudi dari Inggris masih saja merecoki pemerintahan yang baru saja terbentuk. Rothschild dan seluruh jaringannya tanpa lelah terus menyusupkan agen-agennya ke dalam tubuh Kongres. Dua orang agen mereka, Alexander Hamilton dan Robert Morris pada tahun 1783 berhasil mendirikan Bank Amerika (bukan bank sentral), sebagai ‘wakil’ dari Bank Sentral Inggris. Melihat gelagat yang kurang baik, Kongres membatalkan wewenang Bank Amerika untuk mencetak uang. Pertarungan secara diam-diam ini berlangsung amat panas. Antara kelompok pemodal Yahudi dengan sejumlah tokoh Amerika, yang herannya banyak pula yang merupakan anggota Freemasonry, untuk menguasai perekonomian negara yang baru ini.

Thomas Jefferson menulis surat kepada John Adams, “Saya yakin sepenuhnya bahwa lembaga-lembaga keuangan ini lebih berbahaya bagi kemerdekaan kita daripada serbuan pasukan musuh. Lembaga keuangan itu juga telah melahirkan sekelompok aristocrat kaya yang kekuasaannya mengancam pemerintah. Menurut hemat saya, kita wajib meninjau hak mencetak mata uang bagi lembaga keuangan ini dan mengembalikan wewenang itu kepada rakyat Amerika sebagai pihak yang paling berhak. ”

Para pemodal Yahudi pun marah bukan main mengetahui surat ini. Nathan Rothschild secara pribadi mengancam Presiden Andrew Jackson akan menciptakan kondisi Amerika yang lebih parah dan krisis berkepanjangan. Tapi Presiden Jackson tidak gentar. “Anda sekalian tidak lain adalah kawanan perampok dan ular. Kami akan menghancurkan kalian, dan bersumpah akan menghancurkan kalian semua!”

Pemodal Yahudi benar-benar marah sehingga mendesak Inggris agar menyerbu Amerika dan terjadilah perang pada tahun 1816. William Guy Carr telah merinci kejadian demi kejadian ini dengan sangat bagus. Presiden Abraham Lincoln sendiri pada malam tanggal 14 April 1865 dibunuh oleh seorang Yahudi bernama John Dickles Booth. Konspirasi memerintahkan pembunuhan ini karena mengetahui bahwa Presiden Lincoln akan segera mengeluarkan sebuah undang-undang yang akan menyingkirkan hegemoni Konspirasi terhadap Amerika. Si pembunuh Lincoln, Dickles Booth, berhubungan dengan Yahuda B. Benjamin, seorang agen Rothschild di Amerika. Booth sendiri tertangkap dan dihukum, sedangkan pihak Konspirasi tetap aman.
Sumber :Rizki Ridyasmara (http://www.eramuslim.com)

Learn your letter names and letter symbols

ABC Song