Grafik Pergerakan Harga Dinar Emas

Alasan Fundamental Untuk Memilih Dinar…

1. Dinar Emas adalah uang yang digunakan Rasullullah s.a.w. tidak hanya untuk jual beli, tetapi juga untuk penerapan syariah itu sendiri.
a. Nisab zakat yang diukur dengan 20 dinar atau 200 dirham.
b. Batasan hukuman potong tangan bagi pencuri batasannya adalah nisab pencuri 0.25 dinar
c. Diyat atau uang darah (dibebaskan dari hukum qisas (dibunuh) yang besarnya 1000 dinar.
Lantas bagaimana kita bisa tahu seseorang wajib zakat atau malah sebaliknya berhak menerima zakat kalau ukurannya yang berupa Dinar / Dirham saja kita tidak mengenalnya?
2. Fakta di dunia modern ini bahwa uang kertas tidak akan bertahan terlalu lama. Semua uang kertas yang ada di dunia modern ini, tidak ada satupun yang membuktikan dirinya survive dalam 100 tahun saja. Bisa terjadi uangnya masih ada, tetapi daya belinya sangat jauh berbeda dalam rentang waktu tersebut.
Padahal di sisi lain ada uang yang daya belinya terbukti tetap lebih dari 1400 th, yaitu Dinar (emas). Di jaman Rasullullah s.a.w., 1 dinar cukup untuk membeli 1 ekor kambing, saat ini pun 1 dinar bisa untuk membeli 1 ekor kambing yang baik di Jakarta ...
Selengkapnya .....

Kamis, 18 Maret 2010

Banjir Dollar 2010 : Apa Dampaknya Pada Harga Emas Dunia…?



Written by Muhaimin Iqbal
Monday, 11 January 2010 08:19
Equity of Exchange

Hari ini ada tulisan menarik di harian Republika (11/01/10) dengan judul Meraba Likuiditas 2010. Dalam tulisan ini antara lain dikutip pernyataan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani beberapa waktu lalu yang menyatakan bahwa tahun 2010 akan diwarnai ‘banjir’ Dollar AS dalam jumlah yang sangat besar, mencapai US$ 2.4 trilyun !.

Saya berasumsi bahwa sebagai Menteri Keuangan, Ibu Menteri tentu tidak sembarang mengeluarkan pernyataan. Pernyataannya sudah seharusnya didasari oleh pengetahuan yang sangat dalam dan di support oleh team yang juga sangat menguasai bidangnya. Maka saya dalam tulisan ini menganggap pernyataan tersebut sebagai prediksi yang peluang kebenarannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peluang kelirunya.

Dengan asumsi bahwa benar tahun 2010 Dollar AS akan membanjiri pasar internasional, lantas apa dampak ‘banjir’ Dollar tersebut pada harga emas dunia ?. Untuk menjawab pertanyaan ini saya menggunakan Teori Kwantitas yang terkenal dengan equation of exchange-nya seperti dalam rumus diatas.

M adalah jumlah uang yang beredar, berdasarkan pernyataan Ibu Menteri tersebut diatas, maka M inilah yang akan melonjak tinggi di tahun ini 2010. V adalah kecepatan uang berputar, para ahli secara umum meragukan akan ada perubahan yang berarti karena ekonomi secara global sesungguhnya belum benar-benar pulih dari krisis sejak tahun lalu.

Karena V yang tidak berputar lebih cepat dari sebelumnya, out put sektor riil berupa barang dan jasa (Q) juga tidak akan banyak berubah. Bila dalam satu persamaan, sisi kiri melonjak tajam – maka sisi kanan juga akan mengikuti. Karena satu unsur di sisi kanan akan relatif tetap (Q), maka tinggal satu unsur lagi disisi kanan yang bisa mengimbangi kenaikan M di sisi kiri. Unsur ini adalah P atau tingkat harga barang-barang dan jasa secara umum.

Jadi melonjaknya jumlah Uang US$ di pasar tahun ini, yang kemungkinan besarnya tidak diikuti oleh kenikan out put sektor riil yang sepadan – akan berdampak pada naiknya harga barang dan jasa secara significant – dalam satuan mata uang US$.

Harga emas internasional selama ini masih dibeli (dinilai) dengan US$; maka harga emas dalam US$ juga akan mengalami kenaikan yang siginificant sepanjang tahun ini sejalan dengan kenaikan harga-harga barang dan jasa lainnya.

Harga emas pada pembukaan di pasar Sydney pagi ini yang melonjak sampai angka US$ 1,156.90/Oz bisa jadi adalah bagian dari symptoms ‘banjir’ Dollar AS tersebut diatas. Wa Allahu A’lam.

Copyright © 2010 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.

Rabu, 17 Maret 2010

BI Defisit : 2009 Rp 1 Triliun ; 2010, Defisit Anggaran BI Rp 22,41 Triliun

Rabu, 06 Januari 2010 | 08:09

ANGGARAN BI 2009

JAKARTA. Anggaran Bank Indonesia (BI) tahun 2009 mengalami defisit sebesar Rp 1 triliun. Nilai defisit ini sedikit lebih kecil dari angka yang diproyeksikan sebelumnya.

"Posisi neraca akhir tahun kurang lebih sebesar Rp 1 triliun seperti proyeksi beberapa bulan terakhir," ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia Ardhayadi Mitroatmodjo kepada KONTAN, pekan lalu.

Dalam proyeksi di awal tahun 2009 lalu, BI memperkirakan tahun 2009 anggaran tahunan BI (ATBI) akan mencatat defisit sebesar Rp 1,905 triliun. Defisit sebesar itu banyak disebabkan oleh membengkaknya ongkos operasi moneter BI yang tercantum dalam anggaran kebijakan. Dalam ATBI, anggaran kebijakan BI yang meliputi operasi moneter untuk menjaga nilai tukar Rupiah dan inflasi sepanjang tahun ini mencapai Rp 18,33 triliun. Sedangkan anggaran operasional diperkirakan defisit Rp 16,42 triliun.

Namun, berapa persisnya defisit dari masing-masing pos anggaran tersebut, Ardhayadi masih belum bisa mengungkap. Yang sudah pasti, nilai defisit total dari neraca BI turun tipis menjadi Rp 1 triliun.

Biaya terbesar BI adalah ongkos kebijakan untuk operasi moneter termasuk di antaranya adalah pembayaran bunga dari instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sepanjang tahun 2009 ini, duit parkir di instrumen tersebut memang cukup tinggi. Tak hanya asing yang menempatkan duitnya di instrumen moneter, kalangan perbankan juga semakin rajin menempatkan likuiditas berlebihnya di SBI. Bunga SBI saat ini sekitar 6,5%. Dalam catatan Ardhayadi, nilai SBI sampai awal November lalu sudah mencapai Rp 280 triliun.

Tahun 2010 ini, BI memperkirakan neracanya bisa mencatat defisit hingga mencapai Rp 22,18 triliun, membengkak berlipat-lipat dari nilai defisit tahun lalu. Besarnya defisit tersebut masih disebabkan oleh mahalnya ongkos moneter BI. BI mengaku masih terus mencari upaya untuk menekan biaya SBI dengan langkah pengurangan SBI. Saat ini BI masih terus melakukan dialog dengan Departemen Keuangan untuk mengganti SBI dengan SBN sebagai instrumen moneter.


2010, Defisit Anggaran BI Rp 22,41 Triliun


JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pada 2010, angka defisit anggaran BI akan lebih besar di tahun ini. Hal itu akan terjadi, jika di tahun ini defisit anggaran BI benar-benar akan mencapai Rp 1,905 triliun.

"Tahun depan kami akan hadapi tantangan yang jauh lebih besar. Sehingga, perkiraan defisit anggaran tahunan BI sebesar Rp 22, 41 triliun," kata Pejabat Sementara Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam Rapat Kerja dengan Komisi 11 DPR-RI di Gedung DPR, Senin (16/11).

Defisit yang luar biasa besar itu dipicu oleh defisit anggaran kebijakan di tahun depan sebesar Rp 37,40 triliun. Perlu diketahui, anggaran kebijakan BI ini mencakup biaya operasi moneter untuk menjaga stabilitas inflasi dan Rupiah.

Darmin menjelaskan, menjaga stabilitas moneter merupakan tugas utama bank sentral. Dus, berapapun biaya yang dibutuhkan untuk keperluan itu tidak bisa ditawar-tawar lagi. "Tidak boleh lebih, tidak boleh kurang," katanya.

Sejatinya, instrumen BI untuk mengendalikan moneter sejauh ini adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI). "Ini adalah instrumen moneter yang utama untuk menarik uang dari dan ke masyarakat," jelas Darmin.

Penempatan dana di SBI baik oleh perbankan maupun investor asing akan diganjar BI dengan bunga. Lazimnya, bunga SBI sebesar suku bunga acuan alias BI rate atau sedikit lebih tinggi. Bunga dari SBI yang sangat besar setiap tahunnya itulah, yang harus ditanggung oleh BI menjadi biaya operasi moneter.


Ruisa Khoiriyah

Ruisa Khoiriyah - Harian KONTAN

Noise Dan Signal Dalam Pasar Emas…

Written by Muhaimin Iqbal
Sunday, 06 December 2009 06:24
Noise and Signal

Saya sering mendapat pertanyaan terutama dari klien-klien yang baru atau calon klien tentang naik turunnya harga emas dunia; pertanyaan ini lebih sering muncul pada saat terjadi perubahan drastik – baik itu harga naik ataupun harga turun. Mudah-mudahan tulisan ini dapat menjawab secara umum – mayoritas dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Dalam pasar mata uang, pasar modal, komoditi dan tak terkecuali pasar emas ada istilah Noise And Signal yang berperan dalam pergerakan harga. Seperti ketika Anda mencari gelombang radio, ketika gelombang yang Anda putar tidak terlalu pas, stasiun terlalu lemah atau terlalu jauh – ada suara kresek-kresek yang tidak jelas – itulah Noise. Sementara bila Anda bisa menangkap suara yang sangat jelas, maka itulah Signal yang sesungguhnya.

Di pasar emas (juga pasar modal, pasar uang dlsb); Noise adalah issue-issue sesaat yang berpengaruh pada fluktuasi harga emas. Namanya juga issue – bisa benar, bisa juga salah – bahkan bisa juga di rekayasa oleh pihak tertentu. Sifat pengaruhnya jangka pendek, setelah issue atau penyebab jangka pendek tersebut mereda – maka harga emas akan kembali ke trend yang semula.

Contoh issue sesaat yang menjadi Noise di pasar emas secara berulang-ulang adalah (rencana) pelepasan emas IMF yang saya tulis di blog saya satu setengah tahun lalu (7 Mei 2008). Contoh lain adalah jatuhnya harga emas dunia akhir pekan ini setelah Amerika mengeluarkan data pengangguran yang ternyata tidak seburuk yang disangkakan oleh pasar – meskipun data ini juga diragukan oleh banyak pihak.

Bila Noise bisa disebabkan oleh issue sesaat yang tidak harus benar; tidak demikian halnya dengan Signal. Signal disebabkan oleh alasan yang bersifat fundamental dan biasanya berdampak dan teruji dalam jangka panjang. Dalam harga emas dunia yang dihitung dengan uang US$ misalnya; alasan fundamental yang mempengaruhi harga emas dunia antara lain ya nilai uang US$ itu sendiri. Uang US$ sangat dipengaruhi oleh fundamental ekonomi Amerika, maka harga emas dunia dalam US$ sangat dipengaruhi oleh ekonomi Amerika.

Di negara seperti Indonesia harga emas dalam Rupiah; Signal naik turunnya dalam jangka panjang selain tergantung ekonomi Amerika (karena harga emas internasionalnya tetap dalam US$) juga tentu saja sangat tergantung dengan ekonomi Indonesia sendiri , untuk ini lihat tulisan saya tentang Mengenal Gold Dinar Quadrant.

Grafik diatas adalah contoh Noise dan Signal ini; contoh Noise besar saya ambilkan periode antara Maret 2008 s/d November 2008 dimana pada periode tersebut harga emas dunia turun sampai 21 %-nya. Penyebabnya adalah issue-issue penyelamatan krisis ekonomi yang tidak jelas selama periode tersebut disamping juga faktor musiman. Bila Anda investor emas atau Dinar yang baru dan hanya menangkap Noise, maka pastilah Anda pada periode tersebut kecewa dengan penurunan ini.

Untuk contoh Signal yang sangat jelas saya ambilkan harga emas dunia dari rentang waktu Januari 2000 sampai awal Desember 2009 ini atau rentang waktu 10 tahun terakhir, dimana harga emas dunia dalam US$ naik menjadi lebih dari 3 kali lipatnya (323 %); maka bila Anda investor emas atau Dinar yang berorientasi jangka panjang – kemungkinan besar Anda telah menangkap dan memanfaatkan Signal yang sangat jelas ini.

Karena saya tidak pernah menganjurkan Anda untuk berspekulasi dengan harga emas jangka pendek; maka memahami Signal yang mempengaruhi atau menggerakkan harga emas jangka panjang adalah tema sentral dari tulisan-tulisan saya di situs ini. Wa Allahu A’lam.
Last Updated on Sunday, 06 December 2009 06:30

Copyright © 2009 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.

Selasa, 16 Maret 2010

Korut Potong 100 Won Jadi 1 Won

Rabu, 2 Desember 2009 | 06:01 WIB


SEOUL, KOMPAS.com - Pemerintah Korea Utara melakukan sanering atau pemotongan nilai mata uang won secara tajam, dari 100 won menjadi 1 won. Langkah itu untuk menekan laju inflasi dan mengekang aktivitas pasar gelap yang telah memperburuk kondisi ekonomi nasional.

Laporan media massa di Korea Utara pada hari Selasa (1/12) menyebutkan, sanering nilai won sebesar dua digit itu berlaku mulai hari Senin (30/11). Perubahan kebijakan pemerintah komunis Korut di bidang keuangan publik ini merupakan yang pertama dalam 17 tahun terakhir ini.

Pejabat perdagangan luar negeri Korut, seperti dikuti kantor berita Yonhap di Seoul, Korea Selatan, menegaskan, pemotongan nilai won memicu rush. Pejabat di Seoul meragukan laporan itu.

Warga Pyongyang pun berbondong-bondong menyerbu pasar gelap guna menukarkan won dengan yuan China dan dollar AS. ”Penduduk Pyongyang terkejut dan panik karena reformasi mata uang itu,” kata para pedagang valas di pasar gelap.

Agen kantor berita China, Xinhua, di Pyongyang melaporkan, Deplu Korut sudah memberi tahu semua kedutaan besar di sana bahwa uang kertas lama, surat berharga, termasuk cek masih bisa ditukarkan hingga hari Minggu. Toko-toko milik negara telah ditutup untuk mengakomodasi perubahan itu. Para pramuniaga mengatakan, toko akan buka kembali sepekan lagi setelah harga baru ditetapkan oleh pemerintah.

”Rasio konversi telah ditetapkan 100 menjadi 1. Oleh karena itu, setiap 1.000 won kini ditukar menjadi 10 won dan 100 won menjadi 1 won,” ungkap seorang pejabat seperti dikutip Yonhap. Dia pun melanjutkan, ”Pasar-pasar gelap di Pyongyang pun kacau-balau karena penduduk bergegas mengubah mata uang lokal ke yuan China dan dollar AS.”

Xinhua juga melaporkan Kementerian Luar Negeri Korut tidak memberikan alasan-alasan akan perubahan tersebut. Adapun Badan Intelijen dan Kementerian Unifikasi Korsel di Seoul mengatakan, pemerintah telah menerima laporan tentang pemotongan nilai won Korut itu, tetapi tidak bisa mendapat konfirmasi soal itu dari Pyongyang.

”Dalam kasus-kasus terdahulu, Korut biasanya mengambil satu keputusan berdasarkan arahan anggota kabinet dari dewan rakyat pusat, yang kemudian dirilis media resmi pada hari itu,” kata juru bicara Kementerian Unifikasi, Chun Hae Sung.

Surat kabar Chosun Ilbo di Pyongyang melaporkan, sanering merupakan strategi Kim Jong Il mengendalikan rezimnya. Sebenarnya, 24 juta penduduk Korut sedang bersiap-siap mendesak Kim untuk segera menyerahkan kekuasaan kepada salah seorang dari tiga anak laki-lakinya.

Menegaskan peran negara

Park Hyeong-Jung, peneliti senior pada Institut Unifikasi Nasional Seoul, mengatakan, sanering dilakukan untuk menegaskan peran negara dalam mengendalikan inflasi dan aktivitas pasar gelap. Pemerintah membatasi jumlah yang ditukar paling banyak 100.000 won per orang.

”Ini sama dengan merampas kekayaan orang dengan kekerasan, mengurangi daya beli mereka secara tajam. Langkah yang ekstrem ini bertujuan melemahkan fungsi pasar bebas yang sedang berkembang di sana,” katanya.

Mata uang Korut, yang disebut won sama seperti mata uang Korsel, secara resmi telah digunakan untuk membendung arus mata uang asing. Namun, nilai aktualnya yang diakui di pasar gelap malah merosot tajam.

Pemerintah Korut secara efektif telah memanggil pulang semua pejabat perdagangan untuk mengawal peredaran mata uang asing. Peredaran itu pun dibatasi, kecuali sebagian dari mata uang asing itu bisa ”disumbangkan” kepada pemerintah pusat. Praktik ini sebetulnya adalah sinyal dari buruknya sistem moneter dan keuangan modern.

Kasus salah urus ekonomi bertahun-tahun, bencana alam, runtuhnya Uni Soviet, dan sanksi internasional atas ambisi nuklir Pyongyang telah mengguncang ekonomi Korut. Utusan khusus AS untuk Korut, Stephen Bosworth, mengunjungi Pyongyang awal pekan depan. Dia akan membujuk Korut agar meninggalkan program nuklirnya.(REUTERS/AFP/AP/CAL)

Dengan Syariah Emas, Dunia Akan Bisa 8.7 Kali Lebih Makmur…!

Written by Muhaimin Iqbal

Tuesday, 20 October 2009 07:42
Piramid Terbalik

Dalam sebuah siaran televisi Business News Network (BNN) beberapa hari lalu, Trace Mayer – seorang financial blogger yang cerdas dari Canada memberikan uraian menarik tentang struktur kekayaan di seluruh dunia saat ini. Dia menggambarkan struktur kekayaan ini membentuk piramida terbalik seperti pada ilustrasi disamping.

Paling atas adalah kekayaan ‘paling palsu’ yang menggelembung dalam berbagai bentuk derivatives, nilainya mencapai sekitar US$ 1,600 Trilyun (Seribu Enam Ratus Trilyun US Dollars !). Dibawahnya sedikit lebih baik dari ini adalah berbagai asset dalam bentuk real estate dan non–monetary commodities, jumlahnya hanya sekitar 8 % dari asset yang di gelembungkan tersebut diatas atau sekitar US$ 125 Trilyun.

Yang ketiga adalah hutang yang ada jaminannya dan saham, nilainya hanya US$ 100 Trilyun . Yang keempat adalah uang dalam arti luas dalam bentuk obligasi pemerintah, treasury bills dlsb.; nilainya sebesar kurang lebih US$ 65 Trilyun. Yang kelima adalah uang kertas dalam bentuk fisik seperti US$ Yen , Euro, Rupiah dst.; nilainya hanya sekitar US$ 4 Trilyun.

Yang terakhir adalah kekayaan yang sesungguhnya yaitu berupa emas dan perak yang nilainya dperkirakan hanya sekitar US$ 4 Trilyun, atau hanya 0.25% dari kekayaan yang paling atas (derivatives).

Struktur ini digambarkan sebagai piramida yang terbalik oleh Trace Mayer, untuk mengisyaratkan betapa labilnya ekonomi dunia saat ini. Kekayaan yang paling atas adalah yang paling tidak aman, semakin kebawah semakin aman.

Seperti grafitasi bumi yang menarik benda-benda jatuh kebawah, maka setiap kali pemegang asset merasa tidak nyaman dengan asset-nya - maka dia akan mencari pelarian ke asset yang lebih aman dibawahnya.

Investor yang sudah tidak nyaman dengan derivatives akan pindah ke real estate dan sejenisnya; kemudian tidak nyaman lagi akan pindah ke securitized debt dan stocks, tidak nyaman lagi akan pindah ke obligasi pemerintah dan sejenisnya; tidak nyaman lagi akan memilih memegang uang saja; dan tidak nyaman lagi akhirnya akan berburu emas dan perak.

Karena emas dan perak jumlahnya terbatas dan tidak bisa digelembungkan seperti pada asset-aset diatasnya, maka apa yang akan terjadi ? hukum permintaan dan penawaran yang akan berlaku. Ketika permintaan melebihi penawaran, harga pasti naik.

Lantas dengan emas yang nilainya hanya sekitar US$ 4 trilyun atau 0.25 % dari seluruh asset derivatives dunia; apakah emas akan cukup untuk memutar ekonomi dunia ? jawabannya adalah sangat-sangat cukup !. Berikut perhitungannya :

Total seluruh Gross Domestic Product (GDP) dunia saat ini ‘hanya’ sekitar US$ 55 Trilyun; jadi jelas tidak memerlukan derivates yang nilainya US$ 1,600 Trilyun untuk menghasilkan GDP yang nilainya hanya US$ 55 Trilyun ini. Tetapi emas yang diam atau disimpan saja, nilainya cuma US$ 4 Trilyun, jadi tidak cukup juga untuk menghasilkan GDP yang US$ 55 Trilyun.

Itulah sebabnya dalam Islam, emas tidak boleh ditimbun, tidak boleh digunakan untuk perhiasan laki-laki, tidak boleh untuk tempat makan dan minum – agar dia beredar untuk digunakan sebagai uang. Contoh yang diberikan dalam suatu hadits Rasulullah SAW, perputaran harta yang banyak ini adalah hanya dalam waktu 3 hari.

Jadi emas yang ada di dunia senilai US$ 4 Trilyun, bila berputar sebagai uang dengan kecepatan berputar 3 hari sekali, maka potensi nilai ekonomi yang diputarnya akan mencapai US$ 480 Triyun atau sekitar 8.7 kali dari total GDP seluruh dunia saat ini. !.

Artinya apa ini semua ?; dengan menggunakan emas sebagai uang, kemudian penggunaannya mengikuti tuntunan syariah – maka dunia bisa 8.7 kali lebih makmur dari dunia yang sekarang. Wa Allahu A’lam.

Copyright © 2009 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.

Dengan Syariah Emas, Dunia Akan Bisa 8.7 Kali Lebih Makmur…!

Written by Muhaimin Iqbal

Tuesday, 20 October 2009 07:42
Piramid Terbalik

Dalam sebuah siaran televisi Business News Network (BNN) beberapa hari lalu, Trace Mayer – seorang financial blogger yang cerdas dari Canada memberikan uraian menarik tentang struktur kekayaan di seluruh dunia saat ini. Dia menggambarkan struktur kekayaan ini membentuk piramida terbalik seperti pada ilustrasi disamping.

Paling atas adalah kekayaan ‘paling palsu’ yang menggelembung dalam berbagai bentuk derivatives, nilainya mencapai sekitar US$ 1,600 Trilyun (Seribu Enam Ratus Trilyun US Dollars !). Dibawahnya sedikit lebih baik dari ini adalah berbagai asset dalam bentuk real estate dan non–monetary commodities, jumlahnya hanya sekitar 8 % dari asset yang di gelembungkan tersebut diatas atau sekitar US$ 125 Trilyun.

Yang ketiga adalah hutang yang ada jaminannya dan saham, nilainya hanya US$ 100 Trilyun . Yang keempat adalah uang dalam arti luas dalam bentuk obligasi pemerintah, treasury bills dlsb.; nilainya sebesar kurang lebih US$ 65 Trilyun. Yang kelima adalah uang kertas dalam bentuk fisik seperti US$ Yen , Euro, Rupiah dst.; nilainya hanya sekitar US$ 4 Trilyun.

Yang terakhir adalah kekayaan yang sesungguhnya yaitu berupa emas dan perak yang nilainya dperkirakan hanya sekitar US$ 4 Trilyun, atau hanya 0.25% dari kekayaan yang paling atas (derivatives).

Struktur ini digambarkan sebagai piramida yang terbalik oleh Trace Mayer, untuk mengisyaratkan betapa labilnya ekonomi dunia saat ini. Kekayaan yang paling atas adalah yang paling tidak aman, semakin kebawah semakin aman.

Seperti grafitasi bumi yang menarik benda-benda jatuh kebawah, maka setiap kali pemegang asset merasa tidak nyaman dengan asset-nya - maka dia akan mencari pelarian ke asset yang lebih aman dibawahnya.

Investor yang sudah tidak nyaman dengan derivatives akan pindah ke real estate dan sejenisnya; kemudian tidak nyaman lagi akan pindah ke securitized debt dan stocks, tidak nyaman lagi akan pindah ke obligasi pemerintah dan sejenisnya; tidak nyaman lagi akan memilih memegang uang saja; dan tidak nyaman lagi akhirnya akan berburu emas dan perak.

Karena emas dan perak jumlahnya terbatas dan tidak bisa digelembungkan seperti pada asset-aset diatasnya, maka apa yang akan terjadi ? hukum permintaan dan penawaran yang akan berlaku. Ketika permintaan melebihi penawaran, harga pasti naik.

Lantas dengan emas yang nilainya hanya sekitar US$ 4 trilyun atau 0.25 % dari seluruh asset derivatives dunia; apakah emas akan cukup untuk memutar ekonomi dunia ? jawabannya adalah sangat-sangat cukup !. Berikut perhitungannya :

Total seluruh Gross Domestic Product (GDP) dunia saat ini ‘hanya’ sekitar US$ 55 Trilyun; jadi jelas tidak memerlukan derivates yang nilainya US$ 1,600 Trilyun untuk menghasilkan GDP yang nilainya hanya US$ 55 Trilyun ini. Tetapi emas yang diam atau disimpan saja, nilainya cuma US$ 4 Trilyun, jadi tidak cukup juga untuk menghasilkan GDP yang US$ 55 Trilyun.

Itulah sebabnya dalam Islam, emas tidak boleh ditimbun, tidak boleh digunakan untuk perhiasan laki-laki, tidak boleh untuk tempat makan dan minum – agar dia beredar untuk digunakan sebagai uang. Contoh yang diberikan dalam suatu hadits Rasulullah SAW, perputaran harta yang banyak ini adalah hanya dalam waktu 3 hari.

Jadi emas yang ada di dunia senilai US$ 4 Trilyun, bila berputar sebagai uang dengan kecepatan berputar 3 hari sekali, maka potensi nilai ekonomi yang diputarnya akan mencapai US$ 480 Triyun atau sekitar 8.7 kali dari total GDP seluruh dunia saat ini. !.

Artinya apa ini semua ?; dengan menggunakan emas sebagai uang, kemudian penggunaannya mengikuti tuntunan syariah – maka dunia bisa 8.7 kali lebih makmur dari dunia yang sekarang. Wa Allahu A’lam.

Copyright © 2009 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.

Sistem Keuangan Porak-poranda dengan Kerugian Triliunan

Krisis Global
Sabtu, 14 Maret 2009 | 03:07 WIB
Simon Saragih
Memiliki mobil atau rumah tidak harus dengan uang tunai, tetapi bisa dengan mencicil. Kebiasaan ini sudah berlangsung lama di dunia dengan mengandalkan pembayaran dari gaji. Hanya orang mapan yang bisa membeli segala kebutuhan dengan uang tunai.

Kegiatan mencicil seperti itu berjalan lancar. Tidak terdengar kebangkrutan massal perusahaan keuangan secara global sejak 1930-an. Ada sejumlah kasus kehancuran sistem keuangan di beberapa negara, tetapi tidak memberi efek domino kebangkrutan massal seperti sekarang.

Bukti lain, Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mengatakan, tak pernah ada pertumbuhan ekonomi dunia yang negatif sejak Depresi Besar 1929.

Paul Krugman dan Joseph E Stiglitz, dua ekonom AS peraih Hadiah Nobel Ekonomi, mengatakan, ada regulasi yang membuat bank dan lembaga keuangan memberi kredit dengan rambu-rambu yang aman. Jika sebagian kredit yang dikucurkan macet, ada perusahaan asuransi yang menjamin kemacetan itu. Jika bank bangkrut sekalian, ada perusahaan penjamin deposito.

Dengan sistem seperti itu, konsumen, nasabah, dan perbankan sama-sama merasa aman dengan kegiatan saling meminjamkan, termasuk kegiatan meminjamkan kepada perusahaan. Dari proses pinjam-meminjam ini terjadilah permintaan, yang menjadi inti pendorong aktivitas perekonomian.

Kegiatan seperti itu buyar untuk sementara. Nasabah dan konsumen tidak dipercaya atau tidak memiliki daya beli sebagian karena sudah dikenai PHK. Bank tidak punya dana, bahkan sudah bangkrut, dan ini terjadi pada bank-bank kaliber dunia, seperti UBS, Citigroup, dan ABN-AMRO yang sudah almarhum.

Ini merembet ke perusahaan dengan anjloknya, misalnya, penjualan mobil buatan General Motors, Ford, Toyota, dan Honda. Hampir semua kategori produk mengalami penurunan penjualan. Sebagian kartu kredit pun kini sudah sekadar kartu yang tak berdaya beli lagi.

Warren Buffett mengatakan, kepercayaan itu pilar dari sistem yang tidak akan jalan tanpa kepercayaan. Ketiadaan kepercayaan itu contagious, menular dan menyebar ke semua sektor dengan daya rusak yang besar.

”Shadow banking”

Mengapa keadaan menjadi kacau? Kegiatan shadow banking, ”bank-bank gelap”, merajalela dalam 25 tahun terakhir. Sebagian ”bank-bank gelap” adalah perpanjangan tangan bank-bank konvensional dan tidak disentuh oleh hukum karena memang tidak diawasi. Regulator ketinggalan kereta.

Michael Hiltzik, kolumnis di harian AS, The Los Angeles Times, pada 12 Maret menulis, terjadi cerita horor dalam sistem keuangan. Walau dikatakan ”bank-bank gelap”, perusahaannya tidak gelap. Lehman Brothers adalah perusahaan AS berusia di atas 150 tahun. Sejumlah bank dan perusahaan besar dan resmi lainnya di AS juga terlibat. AIG, perusahaan asuransi terbesar dunia asal AS, pun sudah mirip ”spekulan”.

Besaran bisnis kegiatan ”bank-bank gelap”, menurut Paul Krugman, sekitar 10 triliun dollar AS, lebih besar dari kegiatan bank-bank konvensional. Mereka menggantikan peran utama bank konvensional dan menjadi saluran utama proses pinjam-meminjam.

”Bank-bank gelap” menipu investor, nasabah, dan masyarakat, serta menipu sesamanya. Pemodal dibujuk untuk menanamkan dana di perusahaan mereka. Dana dikucurkan kepada siapa saja yang bisa ditubruk tanpa memerhatikan kemampuan pengembalian pinjaman. Sekitar 1,2 juta warga di AS, misalnya, bisa mendapat rumah dari kredit, yang tidak didukung pendapatan untuk mencicil di kemudian hari. Walau untung tak ada, eksekutifnya mendapat bonus besar, seperti terjadi pada Merrill Lynch. ”Horrific,” kata Krugman.

Masalah bukan hanya karena kucuran kredit berlebihan tanpa rambu-rambu. ”Bank-bank gelap” itu juga turut serta berspekulasi di bursa. Dana-dana yang mereka dapat dimainkan di bursa. Salah satu yang terkenal adalah dengan mengerek harga komoditas menjadi tinggi, seperti harga kedelai dan minyak, sebagaimana pernah dikatakan Steve Forbes, pemilik majalah Forbes.

Para eksekutif keuangan Wall Street meraup keuntungan pribadi tidak dari keuntungan perusahaan, tetapi menelan dana dengan mengorbankan nasabah. Ini terjadi pada kasus Bernard Madoff, penipuan tunggal terbesar dalam sejarah dengan kerugian 170 miliar dollar AS.

CEO JP Morgan Chase Jamie Dimon, di New York, pekan ini, mengakui, perilaku seperti itu telah mengacaukan sistem keuangan. CEO HSBC Stephen Green mengakui, etika buruk sistem perbankan telah menjadi sumber kekacauan.

Berdasarkan data Bank Pembangunan Asia, jumlah uang yang lenyap akibat kekacauan di sektor keuangan sekitar 50 triliun dollar AS. Ini termasuk nilai kekayaan dunia yang lenyap akibat kejatuhan indeks-indeks di bursa global, bukan saja di AS.

CEO Blackstone Group LP Stephen Schwarzman, Selasa (10/3) di New York, mengatakan, 45 persen kekayaan dunia rusak akibat krisis kredit global. Jika dunia kehilangan 50 triliun dollar AS dana, bayangkan apa dampaknya untuk dunia dengan besaran produk domestik bruto (PDB) 60 triliun dollar AS?

Bagaimana memulihkan ekonomi dunia, kapan krisis akan selesai. ”Saya hanya bisa mengharapkan agar kita semua mendapatkan keberuntungan,” kata Krugman di National Press Club, Washington, Desember 2008. Pernyataan ini merefleksikan dalamnya persoalan, yang tidak bisa diprediksi kapan dan bagaimana menyelesaikannya

Emas dan Perak, Simbol Perlawanan terhadap Dollar Cs

Ingin menumbangkan hegemoni Zionis Internasional secara efektif, cepat, namun aman? Segeralah mempergunakan emas dan perak (Dinar dan Dirham) sebagai mata uang dan investasi, dan sedikit demi sedikit—lebih cepat lebih baik—menukar Rupiah, Dollar, Yen, Euro, Poundsterling, Gulden, dan sebagainya dengan emas dan perak sebagai mata uang yang sejati, karena yang lain itu sesungguhnya cuma simbol yang secara intrinsik tidak memiliki nilai apa-apa.

Apa yang kita namakan dengan mata uang sekarang ini, yaitu Dollar, Yen, Rupiah, Poundsterling, Euro, dan sebagainya, pada hakikatnya hanya selembar kertas biasa (dan yang berbentuk koin juga koin biasa yang tak ada harganya), yang hanya menjadi “uang” karena ada jaminan dari bank. Bank sendiri berani menjamin mata uang yang tak berharga tersebut karena memiliki cadangan devisa berupa emas dan perak.

Emas dan perak inilah yang sampai saat ini terus berupaya direbut dan ditimbun oleh Konspirasi Yahudi Internasional dari tangan seluruh warga dunia, agar emas dan perak seluruh dunia berada di tangan kaum Yahudi Internasional dan di tangan kaum non-Yahudi hanyalah selembar kertas tidak berharga yang dipakai sebagai alat transaksi. Keadaan ini akan sangat menguntungkan kaum Yahudi Internasional yang bisa seenaknya memainkan nilai tukar mata uang tersebut sehingga masyarakat non-Yahudi bisa dikendalikan dengan mudah.

Penguasaan dan pengendalian dunia merupakan tujuan utama kaum Yahudi. Kaum Yahudi sangat yakin, ini didukung oleh Talmud, bahwa kaum Yahudi adalah kaum yang dipilih Tuhan untuk memimpin dunia dan menjadikan semua manusia non-Yahudi sebagai budaknya. Bahkan Talmud mengatakan bahwa hanya orang Yahudi-lah yang bisa dianggap manusia, sedangkan orang-orang non-Yahudi tidak bisa dianggap manusia dan lebih tepat disamakan dengan binatang. Sebab itu, orang-orang Yahudi mempunyai istilah lain bagi orang non-Yahudi, yakni Ghoyim atau Gentiles.

Salah satu strategi utama kaum Yahudi untuk menundukkan dunia adalah dengan menimbun emas dari seluruh dunia ke tangannya, dan menyebarkan mata uang-mata uang palsu ke seluruh penjuru dunia. Ini telah dirancang dengan baik oleh Mayer Amschell Rothschild dalam pertemuan rahasia 13 Dinasti Yahudi Dunia di Judenstrasse, Bavaria, pada tahun 1773, yang kemudian dalam Konferensi Zionis Internasional pertama di Bassel-Swiss, 1897, disahkan menjadi agenda bersama Zionis Internasional yang dinamakan sebagai Protokol of Zions.

Inilah sejumlah butir dalam Protokolat Zionis yang berhubungan dengan penguasaan dunia lewat kekuatan emas dan uang:

“Kekuatan uang selalu bisa mengalahkan segalanya. Agama yang bisa menguasai rakyat pada masa dahulu, kini mulai digulung dengan kampanye kebebasan. Namun rakyat banyak tidak tahu harus mengapa dengan kebebasan itu. Inilah tugas Konspirasi untuk mengisinya demi kekuasaan, dengan kekuatan uang. ” (butir 3)

“Dengan emas, Konspirasi akan menguasai opini dunia. Satu orang Yahudi yang menjadi korban sama dengan 1000 orang non-Yahudi (Gentiles/Ghoyim) sebagai balasannya” (butir 13)

“Krisis ekonomi yang dibuat akan memberikan hak baru kepada Konspirasi, yaitu hak pemilik modal dalam penentuan arah kekuasaan. Ini akan menjadi kekuasaan turunan. ” (butir 15)

“Monopoli kegiatan perekonomian raksasa dengan dukungan modal yang dimiliki Konspirasi adalah syarat utama untuk menundukkan dunia, hingga tidak ada satu kekutan non-Yahudi pun yang bisa menandinginya. Dengan demikian, kita bisa bebas memainkan krisis suatu negeri. ” (butir 20)

“Penguasaan kekayaan alam negeri-negeri non-Yahudi mutlak dilakukan. ” (butir 21)

Lantas, apa sebenarnya beda emas dan perak dengan mata uang-mata uang negara-negara dunia yang sekarang dicetak dari selembar kertas biasa?

Kehebatan Emas dan Perak

Sejak berabad-abad silam, emas dan perak telah menjadi logam mulia yang diagungkan oleh banyak manusia. Bahkan emas dan perak, juga batu permata, telah dipergunakan oleh raja-raja, para sultan, para diktator, tiran, dan sebagainya sebagai bahan dasar pembuatan mahkota mereka.

Pertanyaannya seperti yang ditanyakan oleh A. Riawan Amin dalam buku “The Satanic Financial: True Conspiracies” (Celestial Publishing, 2007): “Kenapa Tuhan perlu menciptakan emas dan perak?”

Presiden Direktur Bank Muamalat Indonesia yang getol mengkampanyekan penggunaan emas dan perak sebagai mata uang sejati ini mengutip Ibnu Khaldun dalam ‘Muqaddimah”nya: “Tuhan menciptakan dua logam mulia itu untuk menjadi alat pengukur nilai atau harga (measure of value) bagi segala sesuatu. ”

Al-Maqrizi dalam “Ighatsah” juga menyatakan, “Allah menciptakan dua logam mulia itu bukan sekadar sebagai alat pengukur nilai, atau untuk menyimpan kekayaan (investasi), tetapi juga sebagai alat tukar (medium of exchange). ” Karena tingginya kedudukan emas dan perak inilah maka banyak kalangan menganggap kedua logam mulia tersebut sebagai Heaven’s Currency (Mata uang surga).

A. Riawan Amin menulis, “Masyarakat kuno sudah menggunakan emas, perak, dan tembaga untuk transaksi ekonomi. Emas dan perak dipilih karena kelangkaan (rare) dan warnanya yang indah. Dalam sejarah manusia, tak lebih dari 90. 000 ton emas yang ditambang dari perut bumi. Sementara perak dan tembaga untuk memenuhi transaksi dengan nilai yang lebih rendah dari emas. ”

Uniknya, tambah Amin, dunia modern mengklasifikasikan logam-logam mulia tersebut dalam kolom yang sama. Tabel Periodik menempatkan emas, perak, dan tembaga (dengan simbol masing-masing Au, Ag, dan Cu) dalam kelompok yang sama yakni Golongan 11. Berbeda dengan kebanyakan logam lainnya, emas memiliki sifat yang sangat istimewa.

Pertama, ia tidak bisa diubah dengan bahan kimia apa pun. Archimedes (300 SM) membuktikan bahwa emas bisa dideteksi tanpa merusak dan hanya dengan menggunakan air tawar biasa. Karena bukan termasuk logam yang aktif maka emas tidak terpengaruh oleh air dan udara. Tidak seperti besi atau logam lainnya, emas tidak bisa berkarat.

Selain itu, emas juga termasuk logam yang sangat lunak. Bisa ditempa menjadi lempengan yang super tipis dan bisa juga ditempa menjadi kawat dengan ketebalan super mini. Bayangkan saja, satu ons emas bisa ditempa dengan luas seukuran 100 kaki persegi atau dibuat kawat sepanjang 50 mil!

Emas juga dikenal sebagai logam mulia paling berat. Satu kaki kubik emas beratnya mencapai lebih dari setengah ton. Itulah sebabnya mengapa dalam sejarah manusia tidak pernah ada pencurian emas dalam skala besar karena untuk itu diperlukan alat berat untuk mengangkatnya.

Dan Maha Besar Allah SWT yang telah menciptakannya, sepanjang sejarah manusia, penambangan emas dunia dari tahun ke tahun hanya mengalami kenaikan dua persen tiap tahunnya. Dalam setahun seluruh industri tambang emas dunia menghasilkan kira-kira 2.000 ton emas. Bandingkan dengan produksi baja AS sejak 1995 seperti yang dirilis Iron and Steel Institute yang bermarkas di Washington DC yang mencapai 10. 500 ton perjamnya. Sebab itu, emas sungguh-sungguh logam yang sanga langka dan sangat stabil nilainya sejak awal sejarah manusia hingga kini.

Dalam tulisan kedua, selain kehebatan emas dan perak juga akan dikupas tentang kelemahan mata uang palsu yang kini dipakai banyak negara dunia dan kaitannya dengan Konspirasi Yahudi Internasional.(Bersambung)
Sumber :Rizki Ridyasmara (http://www.eramuslim.com)

Emas dan Perak, Simbol Perlawanan terhadap Dollar Cs

Akibat gejolak politik yang berawal dari kepentingan ekonomi, pada 1913 para bankers AS menyatakan telah terjadi kekurangan mata uang di Amerika. Oleh sebab itu, pemerintah Amerika tidak bisa menerbitkan mata uang lagi karena semua emas cadangannya telah terpakai.

Agar ada tambahan sirkulasi uang, sekelompok orang kemudian mendirikan satu bank yang dinamakan “The Federal Reserve Bank of New York”, yang kemudian menjual stock yang dimiliki dan dibeli oleh mereka sendiri senilai US$ 450. 000. 000 melalui bank-bank: Rothschild Bank of London, Rothschild Bank of Berlin, Warburg Bank of Hamburg, Warburg Bank of Amsterdam (Keluarga Warburg mengontrol German Reichsbank bersama Keluarga Rothschild), Israel Moses Seif Bank of Italy, Lazard Brothers of Paris, Citibank, Goldman & Sach of New York, Lehman & Brothers of New York, Chase Manhattan Bank of New York, serta Kuhn & Loeb Bank of New York.

Karena bank-bank tersebut mempunyai cadangan emas yang besar, maka bank tersebut dapat mengeluarkan mata uang yang dengan jaminan emas tersebut dan mata uang tersebut disebut “Federal Reserve Notes”. Bentuknya sama dengan mata uang Amerika dan masing-masing dapat saling tukar.

Untuk membayar bunga, pemerintah Amerika menciptakan income-tax. Jadi sebenarnya warganegara Amerika membayar bunga kepada Federal Reserve. Income tax dimulai tahun 1913, pada tahun yang sama Federal Reserve Bank didirikan. Seluruh income tax yang terkumpul dibayarkan ke Federal Reserve sebagai bunga atas pinjaman.

Awal tahun 1929, Federal Reserve berhenti menerima uang emas sebagai bayaran. Yang berlaku hanya ‘uang resmi’. Federal Reserve mulai menarik uang kertas yang dijamin emas dari sirkulasi dan menggantinya dengan ‘uang resmi’.

Sebelum tahun 1929 berakhir, ekonomi Amerika mengalami malapetaka (dikenal dengan masa ‘Great Depression’). Tahun 1931, Presiden Amerika Hoover mengumumkan kekurangan budjet sebesar US$ 902. 000. 000. Tahun 1932 Amerika menjual emas senilai US$ 750. 000. 000 yang digunakan untuk menjamin mata uang Amerika. Ini sama dengan ‘penjualan likuidasi’ sebuah perusahaan bermasalah. Emas yang dijual ini dibeli dengan potongan (discount rates) oleh bank internsional/bank asing (persis keadaannya seperti di Indonesia sekarang ini), dan pembelinya adalah pemilik Federal Reserve di New York.

Roosevelt melakukan serangkaian keputusan untuk melakukan reorganisasi pemerintahan Amerika sebagai suatu perusahaan. Perusahaan ini kemudian mengalami kebangkrutan. Amerika bangkrut karena tidak bisa membayar bunganya akibat berhutang kepada Federal Reserve. Akibat bangkrutnya Amerika, maka bank-bank yang merupakan pemilik Federal Reserve sekarang memiliki SELURUH Amerika, termasuk warganegaranya dan asset-assetnya. Negara Amerika bentuknya adalah anak perusahaan Federal Reserve.

Tahun 1934 Roosevelt memerintahkan seluruh bank di Amerika untuk tutup selama satu minggu dan menarik emas dari seluruh warga AS dan juga mata uang yang diback-up emas dan menggantinya dengan “seolah-olah uang” (uang kartal) yang dicetak Federal Reserve. Tahun itu dikenang sebagai ‘Liburan Bank Nasional’.

Warga AS Dilarang Memiliki Emas

Rakyat mulai menahan emasnya karena mereka tidak mau menggunakan kertas tak bernilai “seolah-olah uang”. Karena itu Roosevelt pada tahun 1934 mengeluarkan perintah bahwa setiap warganegara dilarang memiliki emas, karena illegal. Para hamba hukum mulai melakukan penyelisikan pada orang-orang yang memiliki emas, dan segera menyitanya jika ditemukan. (Catatan: Pada saat itu rakyat yang ketakutan berbondong-bondong menukar emasnya dengan sertifikat/bond bertuliskan I. O. U yang ditandatangani oleh Morgenthau, Menteri Keuangan Amerika). Hal ini merupakan perampokan emas besar-besaran yang terjadi dalam sejarah umat manusia. Tahun 1976 Presiden Carter mencabut aturan ini.

Tahun 1963 Presiden Kennedy memerintahkan Departemen Keuangan Amerika untuk mencetak uang logam perak. Langkah ini mengakhiri kekuasaan Federal Reserve karena dengan memiliki uang sendiri, maka rakyat Amerika tidak perlu membayar bunga atas uangnya sendiri. Lima bulan setelah perintah itu dikeluarkan, Presiden Kennedy mati dibunuh.

Langkah pertama Presiden Johnson adalah membatalkan keputusan Presiden Kennedy dan memerintahkan Departemen Keuangan Amerika untuk menghentikan pencetakan mata uang perak sekaligus menarik mata uang perak dari peredaran untuk dimusnahkan. Pada hari yang sama Kennedy dimakamkan, Federal Reserve Bank mengeluarkan uang ‘no promise’ yang pertama. Uang ini tidak menjanjikan bahwa mereka akan membayar dalam mata uang yang sah secara hukum, tetapi mata uang ini merupakan alat pembayaran yang berlaku.

Presiden Ronald Reagan merencanakan memperbaiki pemerintahanh Amerika sesuai dengan aturan konstitusi. Ia ditembak beberapa bulan kemudian oleh anak dari teman dekatnya, Wakil Presiden George Bush. Reagan tidak mengeluarkan perintah baru dan pada tahun 1987 untuk melaksanakannya namun perintah tersebut tidak ditanggapi oleh pemerintah Amerika.

Tahun 1993, James Traficant dalam pidatonya yang terkenal di Parlemen mengutuk sistem Federal Reserve sebagai suatu penipuan besar-besaran. Tak lama setelah itu ia menjadi korban penyelidikan korupsi sekali pun tidak ada tuntutan kepadanya selama bertahun-tahun.

Pada tahun 2002, Traficant akhirnya terbukti korupsi. Ia mengatakan bahwa saksi-saksi yang melawan dia semuanya dipaksa untuk berbohong. Ia juga mengeluh karena tidak diperkenankan menghubungi semua orang yang menyelidikinya, sebagai saksi. Karena kebusukan sistem The Federal Reserve, penguasa AS anti Yahudi Henry Ford pernah berkata, “Barangkali ada bagusnya rakyat Amerika pada umumnya tidak mengetahui asal-usul uang, karena jika mereka mengetahuinya, saya yakin esok pagi akan timbul revolusi. ”

Demikian sejarah kebusukan sistem mata uang kartal. Umat Islam seharusnya dengan penuh kesungguhan mulai menggunakan kembali emas dan perak sebagai mata uang, bukan dollar, rupiah, dan sebagainya. Kita harus sadar, kaum Yahudi Internasional sepanjang sejarahnya terus menghimpun dan mengangkangi emas dan perak dari seluruh manusia non-Yahudi. Untuk melawan semuanya itu tidak ada jalan lain, umat Islam harus kembali kepada penggunaan emas dan perak sebagai mata uang dan juga sebagai investasi.

Di Amerika Serikat saja, sejumlah warganegaranya telah lama aktif mengkampanyekan kembali penggunaan emas dan perak sebagai mata uang sejati (Liberty Dollar). Pelan tapi pasti, dunia akan kembali mempergunakan mata uang sejati ini. Mudah-mudahan kita tidak terlambat.

Emas dan Perak, Simbol Perlawanan terhadap Dollar Cs (Bag.3)

Senin, 13 Agu 07 09:38 WIB
Kirim teman

Pada prinsipnya, sistem The Satanic Finance yang mendewakan uang kartal adalah sistem penipuan terhadap masyarakat banyak. Secara sederhana, sistem ini bisa digambarkan sebagai mencetak sebanyak-banyaknya uang kartal (uang simbol yang sesungguhnya tidak memiliki nilai sama sekali) dan mengguyurnya ke tengah masyarakat. Di lain pihak dalam waktu bersamaan, pengelola atau pengusaha yang mencetak uang kartal itu menarik sebanyak-banyaknya batangan emas ke pihaknya dari masyarakat luas. Jadi mereka menukar uang kartal yang sama sekali tidak ada harganya dengan batangan-batangan emas.

Sejarah Uang di Amerika Serikat

Sejarah uang kartal bisa kita lihat dengan sangat bagus dalam sejarah perekonomian Amerika Serikat. Semua paparan di bawah ini terkait sejarah uang di AS dikutip dari buku “Knights Templar, Knights of Christ” (Pustaka Alkautsar, 2006):

Jauh sebelum AS terbentuk, para Mason telah berada di daratan ini. Ketika Amerika masih berupa 13 koloni Inggris, Benjamin Franklin mengunjungi London dan menemui sejumlah pemodal Yahudi di sana. Dalam pertemuan yang dicatat dalam Dokumen Senat AS halaman 98 butir 33, yang dilaporkan Robert L. Owen, mantan kepala komisi bank dan keuangan Kongres AS, dilaporkan bahwa wakil-wakil perusahaan Rothschild di London menanyakan kepada Benjamin Franklin hal-hal apa saja yang bisa membuat perekonomian koloni Amerika itu bisa maju.

Franklin anggota Freemansonry Inggris itu menjawab, “Itu mudah. Kita akan cetak mata uang kita sendiri, sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh industri yang kita miliki. ” Rothschild segera saja mencium kesempatan besar untuk menangguk untung di koloni Inggris ini. Namun sebagai langkah awal, hak untuk mencetak uang sendiri bagi koloni di seberang lautan tersebut masih dilarang oleh Inggris yang sudah dikuasai Yahudi.

Amshell Mayer Rothschild sendiri saat itu masih sibuk di Jerman mengurus bisnisnya, yang salah satu cabang usahanya adalah mengorganisir tentara bayaran (The Mercenaries) Jerman bagi Inggris untuk menjaga koloni-koloni Inggris yang meluas melampaui Eropa. Usulan mencetak mata uang sendiri bagi Amerika, lepas dari sistem mata uang Inggris, akhirnya tiba di hadapan Rothschild. Setelah memperhitungkan segala laba yang akan bisa diperoleh, demikian pula dengan penguasaan politisnya, maka Rothschild akhirnya menganggukkan kepalanya.

Dengan cepat lahirlah sebuah undang-undang yang memberi hak kepada pemerintah Inggris di koloni Amerika untuk mencetak mata uangnya sendiri bagi kepentingan koloninya tersebut. Seluruh asset koloni Amerika pun dikeluarkan dari Bank Sentral Inggris, sebagai pengembalian deposito seklaigus dengan bunganya yang dibayar dengan mata uang yang baru. Hal ini menimbulkan harapan baru di koloni Amerika. Tapi benarkah demikian?

Dalam jangka waktu setahun ternyata Bank Sentral Inggris—lewat pengaruh pemodal Yahudi—menolak menerima pembayaran lebih dari 50% dari nilai mata uang Amerika, padahal ini dijamin oleh undang-undang yang baru. Dengan sendirinya, nilai tukar mata uang Amerika pun anjlok hingga setengahnya. “…Masa-masa makmur telah berakhir, dan berubah menjadi krisis ekonomi yang parah. Jalan-jalan di seluruh koloni tersebut kini tidak lagi aman, ” demikian paparan Benjamin Franklin yang tercatat dalam Dokumen Kongres AS nomor 23.

Belum cukup dengan itu, pemerintah pusat Inggris memberlakukan pajak tambahan kepada koloninya tersebut yakni yang dikenal sebagai Pajak Teh. Keadaan di koloni Amerika bertambah buruk. Kelaparan dan kekacauan terjadi di mana-mana. Ketidakpuasan rakyat berbaur dengan ambisi sejumlah politikus. Situasi makin genting. Dan tangan-tangan yang tak terlihat semakin memanaskan situasi ini untuk mengobarkan apa yang telah terjadi sebelumnya di Inggris dan Perancis: Revolusi.

Sejarah mencatat, bentrokkan bersenjata antara pasukan Inggris melawan pejuang kemerdekaan Amerika Serikat meletus pada 19 April 1775. Jenderal George Washington diangkat menjadi pimpinan kaum revolusioner. Selama revolusi berlangsung, Konspirasi Yahudi Internasional seperti biasa bermain di kedua belah pihak. Yang satu mendukung Inggris, memberikan utang dan senjata untuk memadamkan ‘pemberontakan kaum revolusioner’, sedangkan satu pihak lagi mendukung kaum revolusioner dengan uang dan juga senjata. Tangan-tangan Konspirasi menyebabkan Inggris kalah dan pada 4 Juli 1776, sejumlah tokoh Amerika Serikat mendeklarasikan kemerdekaannya.

Merdeka secara politis ternyata tidak menjamin kemerdekaan penuh secara ekonomis. Kaum pemodal Yahudi dari Inggris masih saja merecoki pemerintahan yang baru saja terbentuk. Rothschild dan seluruh jaringannya tanpa lelah terus menyusupkan agen-agennya ke dalam tubuh Kongres. Dua orang agen mereka, Alexander Hamilton dan Robert Morris pada tahun 1783 berhasil mendirikan Bank Amerika (bukan bank sentral), sebagai ‘wakil’ dari Bank Sentral Inggris. Melihat gelagat yang kurang baik, Kongres membatalkan wewenang Bank Amerika untuk mencetak uang. Pertarungan secara diam-diam ini berlangsung amat panas. Antara kelompok pemodal Yahudi dengan sejumlah tokoh Amerika, yang herannya banyak pula yang merupakan anggota Freemasonry, untuk menguasai perekonomian negara yang baru ini.

Thomas Jefferson menulis surat kepada John Adams, “Saya yakin sepenuhnya bahwa lembaga-lembaga keuangan ini lebih berbahaya bagi kemerdekaan kita daripada serbuan pasukan musuh. Lembaga keuangan itu juga telah melahirkan sekelompok aristocrat kaya yang kekuasaannya mengancam pemerintah. Menurut hemat saya, kita wajib meninjau hak mencetak mata uang bagi lembaga keuangan ini dan mengembalikan wewenang itu kepada rakyat Amerika sebagai pihak yang paling berhak. ”

Para pemodal Yahudi pun marah bukan main mengetahui surat ini. Nathan Rothschild secara pribadi mengancam Presiden Andrew Jackson akan menciptakan kondisi Amerika yang lebih parah dan krisis berkepanjangan. Tapi Presiden Jackson tidak gentar. “Anda sekalian tidak lain adalah kawanan perampok dan ular. Kami akan menghancurkan kalian, dan bersumpah akan menghancurkan kalian semua!”

Pemodal Yahudi benar-benar marah sehingga mendesak Inggris agar menyerbu Amerika dan terjadilah perang pada tahun 1816. William Guy Carr telah merinci kejadian demi kejadian ini dengan sangat bagus. Presiden Abraham Lincoln sendiri pada malam tanggal 14 April 1865 dibunuh oleh seorang Yahudi bernama John Dickles Booth. Konspirasi memerintahkan pembunuhan ini karena mengetahui bahwa Presiden Lincoln akan segera mengeluarkan sebuah undang-undang yang akan menyingkirkan hegemoni Konspirasi terhadap Amerika. Si pembunuh Lincoln, Dickles Booth, berhubungan dengan Yahuda B. Benjamin, seorang agen Rothschild di Amerika. Booth sendiri tertangkap dan dihukum, sedangkan pihak Konspirasi tetap aman.
Sumber :Rizki Ridyasmara (http://www.eramuslim.com)

Senin, 15 Maret 2010

Jatuhnya Nilai Uang Kertas di Jerman th 1923 terulang di Zimbabwe 2008

Tragisnya Nasib Uang Kertas di Jerman tahun 1923
Seorang ibu lebih suka membakar uang untuk menghangatkan ruangan daripada membeli kayu bakar – karena harganya sama !

Menceritakan Kejadian di Jerman tahun 1923
Bapak yang mendorong uang dalam gerobak tersebut seorang buruh yang harus secepatnya membawa gaji yang baru diterimanya ke toko roti, karena kalau telat uang dalam gerobaknya tidak lagi cukup untuk membeli roti – saking cepatnya inflasi.

Zimbabwean with 'plenty' of Cash

The picture shows a Zimbabwean carrying pile load of cash to buy something. Seems like a lot of money.... but fact is the pile of cash is probably worth less than 100 US dollar

Loaf of Bread Costs $16 million Zimbabwe Dollars

With rising inflation and election turmoil, the prices of basic food items have skyrocketed in Zimbabwe. A loaf of bread now costs 16 million Zimbabwe dollars.

Zimbabwe has had monetary problems for a long time, and it isn’t getting better with the recent elections. The opposition claimed it won the elections, but Mugabe is reluctant to give up power.

The rate of inflation is rising at a staggering rate and has reached 100,000 per cent. A loaf of bread now costs 16 million Zimbabwe dollars.

In January, the Zimbabwe government issued a 10 million currency note, this week they introduced a new 50 million dollar bill which is equivalent to $1.25 USD on the black market (officially it is worth $1,666 USD).

Zimbabwean's currency has tumbled to a record low of 25 million Zimbabwe dollars to one US dollar. 100 US dollars could exchange for nearly 20 kg of local currency.

Frankly, it's hard yo imagine how a country would manage to get themselves into the troubled situation. My countrymen would be crying like babies if our annual inflation rates reached 10% .... 100.000% inflation? that unthinkable.

The new 50 million bank note will help Zimbabwean people buy three loaves of bread.

Other recent news reported peanuts now cost 700 million dollars a bucket in the region.

According to AP, this is the third time the nation’s central bank has issued a higher denomination note in response to record inflation. Furthermore, some of these currencies have an expiration date.

Most people will probably agree this is a sad state of affairs for Zimbabwe; Mugabe should leave before he does any more lasting damage to his country.

YOU MIGHT THINK YOU HAVE SEEN IT ALL - BUT..
I think that most banknote collectors, both serious and novices, realise that inflation often does funny things to the number of 'noughts' placed on banknotes by some Governments - and that some very serious 'nought' adding was undertaken by Germany during the period 1922 - 1924.
This period of rampant inflation in Germany is well documented in previous editions of this newsletter, on the Internet - and elsewhere - so I do not intend to repeat the various political and economic reasons this occurred. Let us say that the results eventually helped shaped the destiny of the whole world.
However, if your hobby has lead you in this direction and, if you are still learning about the period and are trying to understand the scope of the problem - just imagine our Government authorizing scores of printing businesses around the nation to churn out paper money, as fast as their presses can work, in values that have up to 12 noughts after the first number and, then, the notes becoming so worthless - in just a few hours - that they are being used to light the fire because they are not as expensive as wood.
In Germany, notes were also used as wallpaper for the same reason - and some towns and villages were also printing and using their own local currency called Notgeld or Gutschein, because the official Reichbanknotes were becoming valueless before they could be banked or used - but that is another well-documented story. These privately produced Gutschein notes were basically 'tokens' and used to assist local barter and, because they were usually backed by regional products and services, they held buying value - at least for a slightly longer time - more efficiently than the government Reichbanknotes.



The first early morning's wages - employees demanded time off after they were paid to buy essentials before the notes lost value.
Buying a cabbage - a shopping basket of notes from the buyer and a vegetable basket for the seller - who would need to use them fast.
Cheaper that sticks - millions of Marks used to get the stove going. Money being baled in 1923 as waste paper for recycling.

For those lovers of numismatic varieties, the challenge of German paper banknotes at this time, 1922 - 1924, would send them into raptures.
Due to the fact that notes were being printed simaltaneously in various places, it meant that a number of printing plates had to be used - and slight differences have been noticed in designs. However, this may have been a deliberate system to enable controllers to ascertain where a note was printed.
Some of the most obvious differences in any particular value German banknote of this era are things like varying paper watermarks, serial number style varieties, minute design variations (usually only noticed under magnification), colour changes, and - on occasion - some very noticeable additional artwork. These notes have been signed by the same people, have the same value and the same issue date.
A few of my own easily noticed examples are shown below but, regretably some details are not identifiable from these scans.
However, if you are browsing the markets or shows for cheap European notes - particularly Germany of the 1920's - keep an open mind and check more than one note, if they are available ....... and, bear in mind, that Germany was not the only European place that has had mega-inflation.



In some other instances, either an overstamp of some description was used to rename and revalue older banknotes instead of adding all those obvious 'noughts' that tended to frighten the German people as they saw their money loosing value as each zero was added and new designs were coming out faster than the old ones could be spent. Sometimes words only were used and, sometimes, the actual denomination value number was written in a way to lessen the impact, older lower notes were used up and printing was done on one side only on any new notes to save costs and time.

Jumat, 12 Maret 2010

Raksasa-Raksasa Yang Berguguran…

Written by Muhaimin Iqbal
Tuesday, 03 March 2009 07:05
Sinyal belum beresnya system keuangan ribawi di dunia masih terus bermunculan dari hari ke hari. Pasar saham dunia semalam ditutup dengan penurunan yang sangat tajam, DOW turun 4 % menjadi 6763.29 yaitu terendah sejak 12 tahun terakhir.

Harga minyak dunia juga turun lebih dari 10 % dipicu oleh kekawatiran memburuknya ekonomi sehingga konsumsi bahan bakar akan turun. Harga emas-pun turun tetapi tidak sebesar penurunan harga minyak dan komoditi lainnya.

Yang lebih menghebohkan lagi di berita-berita finansial kemarin adalah diumumkannya kerugian AIG – raksasa asuransi dunia – sebesar US$ 61.7 Milyar, suatu angka kerugian korporasi terbesar sepanjang sejarah Amerika.

Bukan hanya kerugian yang selangit ini yang bikin heboh, tetapi juga AIG dituntut oleh mantan salah satu direksi yang juga pemegang sahamnya yaitu Maurice Greenberg. Greenberg menuduh manajemen AIG menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya sehingga pemegang saham terbujuk untuk membeli saham tambahan dalam deferred compensation plans. Para pemegang saham ini akhirnya kehilangan seluruh investasinya di AIG setelah kerugian raksasa tersebut terungkap.

Bersamaan dengan hebohnya kerugian AIG; ‘dewa’-nya investasi Amerika Warren Buffet juga membuat heboh pasar investasi dengan surat terbuka ke para pemegang sahamnya. Di antara isi surat terbuka tersebut Buffet mengakui bahwa dirinya telah membuat beberapa langkah bodoh sehingga keuntungan kelompok usaha yang dipimpinnya anjlog 96 % dari tahun sebelumnya.

Krisis kali ini nampaknya lebih besar dampaknya bagi Amerika ketimbang peristiwa WTC 9/11. Ketika peristiwa WTC terjadi, Warren Buffet dengan perusahaannya Berkshire Hathaway relatif tidak terganggu. Saya masih ingat selepas peristiwa WTC ketika saya sebagai eksekutif perusahaan asuransi terbesar di Indonesia, mengalami kesulitan mencari kapasitas penutupan objek risiko terbesar di Indonesia waktu ini (US$ 4.6 Milyar) – Berkshire Hathaway inilah yang akhirnya bisa menutupi kekurangannya.

Bedanya dengan peristiwa WTC 8 tahun lalu adalah kali ini mereka tidak bisa menyalahkan orang lain atas apa yang dialaminya; maka tak kurang dari Warren Buffet harus mengakui kebodohannya secara terbuka.

Dari keruntuhan-keruntuhan raksasa finansial dunia ini, sesungguhnya banyak hal yang negeri Indonesia yang kita cintai ini harus belajar. Bahwa kiblat system keuangan dunia yang selama ini kita contoh – ternyata tidak dapat menjadi contoh.

Mereka mengajarkan ke kita tentang Good Corporate Governance (GCG) bahkan setengah memaksakan pelaksanaannya, ternyata mereka sendiri tidak melaksanaknnya.

Mereka mengajarkan investasi yang prudent, risk management yang canggih – lagi-lagi sekedar teori; para pelaku investasi yang disana sangat disegani sekalipun – juga tidak melaksanakannya.

Kini kesempatan kita untuk bangkit dengan cara kita sendiri; Agama yang oleh Maha Pencipta sendiri sudah dinyatakan sempurna – tentu sangat memadai untuk kita jadikan pegangan. Kalau dalam hal keluar masuk kamar kecil saja ada aturannya di agama ini, tentu dalam hal yang sangat besar seperti pasar, uang , system ekonomi dlsb. pastilah agama ini punya tuntunannya yang sempurna. Tinggal tantangannya adalah bagaimana kita menggali mutiara-mutiara ini dari dasarnya, bukan dari system ekonomi barat yang di cocok-cocokkan dengan system Islam. Wallahu A’lam.

Copyright © 2009 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL Licens

Monster Inflasi dan Monster Deflasi Versi European Central Bank…

Written by Muhaimin Iqbal
Wednesday, 11 February 2009 06:27
nflasi dan deflasi adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang hidup di era uang kertas ini. Kebanyakan kita merasakan bahwa inflasi (atau sangat jarang deflasi) itu bener-bener ada, tetapi tidak mudah memahami makhluk apa sih inflasi dan deflasi itu ?, bagaimana terbentuknya atau kapan lahirnya dlsb.

Nah untuk menjelaskan masalah inflasi dan deflasi ini secara menarik ke masyarakat, bahkan sejak mereka di bangku sekolah – European Central Bank (ECB) punya ide kreatif – yaitu membuat film animasi pendek sekitar 5 menit yang bercerita tentang dua monster yaitu Monster Inflasi dan Monster Deflasi. Kalau akses internet Anda cukup bagus, Anda bisa mengakses langsung dengan klik di link ini.


Tidak terbatas pada film animasi tersebut, ECB juga menyiapkan dokumen PDF untuk bisa di download para guru dan masyarakat untuk bahan ajar atau sosialisasi masyalah inflasi dan deflasi ini.

Sepintas film animasi ini nampak baik- baik saja dan cukup menarik untuk ditonton. Namun saya sendiri melihat film animasi tersebut merasa jadi bodoh, atau filmnya yang sengaja membodohkan penontonnya.

Di film animasi ini digambarkan ada dua orang pelajar yang sedang mendengarkan pelajaran tentang pengendalian harga dari gurunya, lalu ujug-ujug mereka berada didepan toko roti yang harga rotinya terus naik.

Ditengah kepanikan harga roti yang terus naik tersebut, datanglah si monster inflasi yang membagikan uang secara cuma-cuma. Semakin banyak uang dibagikan oleh si monster inflasi – semakin tinggi pula harga roti.

Akhir cerita bisa diduga bahwa si pembuat film-lah jagoannya. Maka ketika dua pelajar tersebut datang berkunjung ke kantor ECB; oleh manager Bank Central-nya Eropa tersebut dijelaskan bahwa ECB bertugas menjaga stabilitas harga –harga.

Menurut sang manager, masyarakat yang terwakili oleh dua pelajar tersebut tidak lagi perlu kawatir - karena si Monster Inflasi dan Monster Deflasi keduanya telah ditangkap oleh ECB. Keduanya dikecilkan dan dimasukkan ke stoples…mirip kisah pemburu hantu di televisi kita .

Mengapa saya merasa jadi bodoh nonton animasi ini ?. Karena ECB hanya bercerita dari satu sisi yang mentokohkan dirinya menjadi pahlawan penakluk Monster Inflasi dan Monster Deflasi.

Mereka tidak bercerita terus terang ke masyarakat siapakah Monster Inflasi dan Monster Deflasi tersebut sebenarnya ?. Siapa yang bisa mencetak uang dan meningkatkan supply uang secara berlebihan ke masyarakat ?, Atau menurunkannya dengan mengendalikan suku bunga perbankan ? Bukankan ini ECB juga yang melakukannya ?.

Atau dengan kata lain, kalau ECB jujur bukankah sebenarnya tokoh pahlawan dan tokoh monster-monster tersebut makhluknya adalah sama yaitu ya ECB-ECB juga ?.

Kalau menurut George Cooper penulis buku terkenal “The Origin of Financial Crises” (Vintage Book, New York, Dec 2008), tokoh Monster tersebut bukan ECB sendiri – tetapi sepupunya ECB ! – yaitu pemerintah-pemerintah yang punya andil dalam ECB. Argumen dia adalah, bukan ECB yang mencetak uang – tetapi pemerintahnya-lah yang mencetak uang terus menerus sehingga menggelembungkan inflasi- kemudian pemerintahan yang sama minta ECB mengendalikan inflasi yang diciptakannya ini.

Menurut Cooper lebih lanjut, bahkan monster-monster ini punya tanggal lahir yaitu 15 Agustus 1971 – ketika presiden Nixon mengumumkan berakhirnya era cadangan emas untuk setiap pencetakan uang kertas – dan mulainya era uang fiat murni. Dalam rezim uang fiat murni yang dianut di seluruh dunia saat ini, pemerintah bisa mencetak uang kertas berapa saja tanpa harus memikirkan cadangan emas yang mereka miliki. Di era uang fiat murni inilah – monster-monster inflasi meraja lela di seluruh dunia.

Apa yang dilakukan ECB sebenarnya baik dengan berusaha menjelaskannya secara mudah ke masyarakat; yang kurang tinggal kejujurannya dalam menceritakan hal yang menjadi hajat hidup orang banyak ini. Wallhu A’lam.
Last Updated on Wednesday, 11 February 2009 06:47

Copyright © 2009 Gerai Dinar. All Rights Reserved.

Selasa, 09 Maret 2010

Bahkan Investor Besar-pun Lari Ke Emas...

Written by Muhaimin Iqbal
Wednesday, 04 February 2009 13:34
Ada berita menarik yang saya ingin share dengan pembaca situs ini, berita ini dimuat di Blommberg kemarin. Bagi yang tertarik baca beritanya langsung - silahkan klik ke link yang saya berikan ini. Bagi yang tidak sempat baca berikut saya sampaikan inti sarinya.

Dalam sebuah interviewnya Eric Sprott, Chairman dan pendiri Sprott Asset Management Inc. Canada mengungkapkan bahwa Amerika baru dalam tahap awal depresi yang akan mendorong harga emas naik lebih dari dua kali dari sekarang - perkiraan dia akan berada pada kisaran angka US$ 2000/ oz.

Pendapat Eric Sprott ini menjadi perhatian dunia karena selain dia mengelola dana yang besarnya US$ 4.5 Milyar; pernyataan-pernyataannya sebelumnya juga banyak yang terbukti. Beberapa bulan sebelum tragedi Lehman Brothers dan Bear Stearns & Co. misalnya, Eric sudah mengingatkan akan apa yang disebut systemic financial melt down.

Keputusan Eric Sprott yang sejak Maret tahun lalu mulai mengamankan sebagian dana yang dikelolanya ke emas juga terbukti menjadi keputusan yang benar, sejak keputusan tersebut 81 dari Fortune 500 Companies telah mengalami penurunan index sampai 62 %.

Masih dari sumber berita yang sama, sebenarnya bukan hanya Eric Sprott pengelola dana besar yang mulai mengalihkan sebagian dananya ke emas. Di New York ada Green Light Capital, Inc. yang mengelola US$ 5.1 Milyar yang juga sudah mulai membeli emas untuk mengamankan asset-nya.

Pertanyaannya adalah mengapa pengelola dana sekaliber Eric Sprott berpikir untuk mulai mengalihkan dananya ke emas ?. Menurut Eric Sprott, ada kemungkinan segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah Amerika untuk menyelamatkan ekonominya akan gagal.

Upaya terbesar dalam menyelamatkan ekonomi Amerika intinya adalah melalui penerbitan hutang baru dalam berbagai bentuknya. Masalahnya sekarang adalah siapa yang akan membeli hutang-hutang baru tersebut ? lha wong seluruh dunia sekarang juga lagi sibuk menyelamatkan ekonominya sendiri.

Sebagaimana prediksi ekonomi pada umumnya, prediksi Eric bisa benar dan bisa pula keliru. Namun kalau kita invest di emas atau Dinar sekarang - tidak akan ada ruginya - apapun yang terjadi dengan hasil prediksi Eric.

Bila ternyata harga emas melonjak lebih dari dua kalinya dari sekarang (artinya daya beli uang kertas anjlog), kita telah pula menyelamatkan asset kita. Kalau yang terjadi sebaliknya - harga emas turun - kita juga tahu emas atau dinar tidak pernah kehilangan daya belinya. Wallhu A'lam.
Last Updated on Thursday, 05 February 2009 11:26

Gold Prices Advance as Investors Seek Safety

By SARA LEPRO
AP Business Writer
Published: Tuesday, Jan. 20, 2009

NEW YORK -- Gold prices advanced Tuesday as investors sought safety amid fears of a deepening global banking crisis. Other commodities fell amid expectations that demand will continue to weaken.

Signs that banks are still suffering big losses from soured loans, and warnings that those losses will continue for some time have investors worried that the government's efforts to prop up the financial system won't be enough. That rattled Wall Street Tuesday, causing investors to flee stocks and move their money to more traditionally safe investments like gold.

The Dow Jones industrials plunged 332 points, or 4 percent, to finish at 7,949. Broader stock indexes lost more than 5 percent.

Gold, which typically moves inversely with the dollar, also rose despite signs of strength in the U.S. currency. Gold prices tend to benefit when the dollar is weak, as the contract is often used as a hedge against inflation.

On Tuesday, the dollar gained ground against the euro and the British pound after the British government announced a second rescue plan for the country's banks in just over three months. Separately, the British government increased its stake in the Royal Bank of Scotland to nearly 70 percent, after the bank forecast for a loss of $41.3 billion in 2008.

The report dovetailed with discouraging results at U.S. banks. Regional bank Regions Financial Corp. reported a fourth-quarter loss of $6.24 billion due to a hefty one-time charge to reflect declining value in its banking reporting unit. And State Street Corp. reported a 71 percent drop in fourth-quarter earnings and warned of a difficult year ahead.

The news followed reports of multibillion losses announced Friday by Citigroup Inc. and Bank of America Corp.

Plagued by concerns about a drop in demand for raw materials amid a worsening recession, commodities prices have shown little strength so far this year - extending a trend that began in the middle of 2008 as the economy took a turn for the worst. But investors often look to gold in times of economic uncertainty, so prices have been cushioned from some of the fears about falling prices that are hurting other commodities.

"Gold will not necessarily move in line with other commodities at all," said Natalie Dempster, head of investment at World Gold Council.

"Gold has different fundamentals," Carlos Sanchez, analyst with CPM Group in New York, agreed. "It's not as supply-demand based, it's more investor based. I think you saw that today with the stock market lower and some safe-haven buying."

Gold for February delivery gained $15.30 to settle at $855.20 an ounce on the New York Mercantile Exchange.

Other precious metals prices fell. March silver shed 4 cents to $11.1750 an ounce, while March copper futures fell 2.3 cents to $1.5045 a pound.

The yield on the benchmark 10-year Treasury note, which moves opposite its price, rose to 2.35 percent from 2.34 percent late Friday.

Energy prices fell on the Nymex, revealing little optimism that energy demand will improve.

Light, sweet crude for March delivery fell $1.53 to settle at $40.68.

A limited number of traders took advantage of the February contract which expires Tuesday. That contract rose $2.23 to settle at $38.74 per barrel. Trading in the final day of the contract was very light.

In other Nymex trading, gasoline futures fell 2.4 cents to settle at $1.1431 a gallon, while heating oil dropped 9.76 cents to settle at $1.3758 a gallon.

Grain prices slumped on the Chicago Board of Trade.

March wheat futures tumbled 28.25 cents to $5.50 a bushel, while corn for March delivery fell 7.5 cents to $3.835 a bushel. March soybeans fell 28 cents to $9.92 a bushe

Minggu, 07 Maret 2010

Peter Schiff: Gold Will Rise, Dollar Will Collapse....

Written by Administrator
Wednesday, 19 November 2008 14:48

The opinions expressed in this presentation are those of the interviewee and interviewer and may differ from those of other persons. These views are not intended to be a forecast of future results, or investment advice. The information is not intended to represent any past or future investment recommendation, and any market conditions described may not continue.
Mike Norman, HardAssetsInestor.com (Norman): Hello everybody, and welcome back for another installment of HardAssetsInvestor.com’s interview series. I’m Mike Norman, your host. Well, he’s back. Mr. Doom and Gloom is here … Peter Schiff, president of Euro Pacific Capital and author of the new book just out, “Bull Moves in Bear Markets.”

Peter Schiff, president of Euro Pacific Capital (Schiff): “The Little Book ...”

Norman: “The Little Book …”; it’s in The Little Book Series. Well look … the last time you were here, things were kind of going your way, but it looks like things have turned upside down.

All kidding aside, I know your big thing over the last seven or eight years has been gold. We’re very supportive of gold on this show; we think that probably people should have some gold as part of their overall portfolio mix. But let’s just look at what happened.

Several weeks ago, the U.S. stock market had its worst week in history … even going back to the 1930s … worst week in history. I saw a breakdown of various assets – all assets really – stocks, bonds, gold, commodities, oil. Gold was at the bottom of the list. The top-performing asset, and something that you hate, was the U.S dollar.

So how do you explain that? If we are going through the worst economic and financial crisis in history – precisely what gold is supposed to protect against – why would it perform so bad?

Schiff: Well, I think it will perform very well; you got to give it a little bit more time.

Norman: More time or more decimation?

Schiff: No, what’s happening right now, Mike, is just de-leveraging, and so gold is going down for the same reason a lot of stocks are going down, a lot of commodities are going down. There’s a lot of leverage in this system, there’s a lot of margin calls, a lot of liquidation; a lot of people are having to sell whatever they own to pay off their debts.

Norman: But look at where the money is going … the money is going into U.S. sovereigns, Treasuries … it’s going into the U.S. dollar.

Schiff: For now.

Norman: Why for now?

Schiff: Right now there’s some perception of safety there, but it’s the opposite of the leveraging. If you’re selling your assets, you’re accumulating dollars; but ultimately right now, it’s like there’s been this gigantic nuclear explosion in the United States, and everybody is running toward the blast. Pretty soon they’re going to figure out they’re going in the wrong direction.

Norman: You always talk about gold as a currency, and we have seen currencies appreciate – the yen, for example, the dollar tremendously, for example, but gold has not held up.
Schiff: Well, if you actually look at gold versus other currencies, in the last couple of weeks gold has made new record highs in terms of the South African rand, the Canadian and Australian dollars … so gold was not doing as poorly as many of the currencies, and I think this is all short term.
I think you’re going to see a lot of money moving into gold, and if you look at how much gold has gone down from the peak, the peak was about a thousand … it’s off about 25%. Stocks are off 40%. Gold is still up during this year against the Dow.

Norman: Let’s see the performance from this point forward; we’ll look back at this again and we’ll revisit this issue.
Let’s talk about something else, something that you have also … and I just mentioned it … the U.S. dollar. You were very, very negative. In the last month, we have seen unprecedented actions by the U.S. Fed in terms of expansion of the monetary basis; in other words, printing money … what you call printing money … and despite that, the dollar has remained incredibly strong.
How do you explain that according to your logic?

Schiff: Everything the government is doing is inherently negative for the dollar, and all of this…

Norman: It’s not playing out that way.

Schiff: It will; you’ve got to give it time.

I remember when I was on television talking about the subprime and people were telling me it’s no big deal, and I said, just wait a while; give it time.
Look, everything that we’re doing – all the bailouts, all the stimulus packages – this is all being financed by inflation. It’s inherently terrible for the dollar.

Norman: But you just said yourself that everything is deflating.

Schiff: But right now, Mike, you’re getting this de-leveraging, and this is benefitting the dollar, so despite the horrific fundamentals for the dollar, it’s going up anyway.
But ultimately, when this phony rally runs out of steam, the dollar is going to collapse, and that’s when we’re going to have a much greater crisis because now you’re going to have a collapsing dollar, which is going to push long-term interest rates up, commodity prices up.

Norman: I still don’t understand why the dollar is going to collapse. So you’re saying that the Fed is just going to allow … or leave this enormous amount of liquidity in there, that at some point down the road, if we recover, they’re not going Scto take it out?

Schiff: Look, they have no control over it. The Fed is trying to artificially reflate our phony economy, right?
We had this economy that was based on Americans borrowing money and then spending it on products. We have this huge debt finance bubble which is collapsing, and it’s being supported by foreigners.
But when this artificial demand for Treasuries goes away, the Fed is going to try to print a lot of money and the dollar is going to get killed.

Norman: All right; I’m going to ask you to hold on. Folks, check back because we’re going to do the second part of my interview with Peter Schiff, so check back to this site. This is Mike Norman; bye for now.

Fiat Money, in Extremis , is Accepted by Nobody. ..Gold is Always Accepted…


Alan Greenspan (Chairman dari US Federal Reserve)10 tahun lalu di depan legislative Amerika dalam perdebatan panjang dengan anggota kongres yang cerdas ( Dr. Ron Paul ) – akhirnya ‘bandar’ uang fiat (uang kertas) dunia ini mengakui bahwa bisa jadi dalam kondisi extremis orang tidak mau menerima uang kertas, sebaliknya uang emas akan selalu dapat diterima.


Written by Muhaimin Iqbal
Thursday, 19 March 2009 07:17

Judul tulisan kali ini saya ambilkan dari pernyataan Alan Greenspan 10 tahun lalu di depan legislative Amerika, waktu itu ia adalah Chairman dari US Federal Reserve. Dalam perdebatan panjang dengan anggota kongres yang cerdas ( Dr. Ron Paul ) – akhirnya ‘bandar’ uang fiat (uang kertas) dunia ini mengakui bahwa bisa jadi dalam kondisi extremis orang tidak mau menerima uang kertas, sebaliknya uang emas akan selalu dapat diterima.

Kondisi extremis seperti apa yang dimaksudkan oleh Alan Greenspan ?, yang dia maksudkan adalah kondisi dimana orang mulai tidak percaya dengan uang kertas.

Kondisi ini pula yang nampaknya ada di pemikiran ‘dewa’ ekonom dan futurolog Amerika John Naisbitt ketika dalam bukunya yang terbit tahun lalu Mindset dia menulis bahwa monopoli terakhir yang akan ditinggalkan umat manusia adalah monopoli uang nasional (sekarang uang fiat). Umat manusia akan meninggalkan uang nasionalnya – uang fiat yang tidak memiliki nilai intrinsik – dan menggantinya dengan uang private yaitu benda-benda riil yang memiliki nilai intrinsik.
Alan Greenspan maupun John Naisbitt – dua orang yang sangat menguasai bidangnya, tentu tidak membuat pernyataannya secara sembarangan. Kondisi extremis yang mereka ungkapkan pernah terjadi dalam sejarah negeri mereka, dan berpeluang terjadi lagi di zaman modern ini.

Dalam sejarah Amerika pernah terjadi ketika debitur lari-lari mengejar kreditur untuk membayar hutang, tetapi sang kreditur lari menghindar karena tidak mau menerima uang yang hendak dibayarkan oleh debiturnya. Peristiwa ini terjadi antara tahun 1775 – 1780 ketika uang kertas mereka yang disebut Continental – tidak ada harganya !. Saat itu sampai-sampai ada barber shop yang menggunakan uangnya sebagi wallpaper (penutup tembok) karena uang harganya kurang lebih sama dengan kertas wallpaper.

Kondisi extremis yang diungkapkan oleh Alan Greenspan tersebut diatas memang belum terjadi saat ini, namun symptoms atau gejala-gejalanya sudah nampak. Coba Anda perhatikan grafik harga Dinar pagi ini, mengapa harga Dinar (harga emas) tiba-tiba melonjak tajam dini hari tadi atau sore waktu Amerika ?.

Penyebabnya tak lain adalah keputusan the Fed untuk ‘mencetak uang baru’ dengan membeli US$ 300 Milyar long-terms Treasury Securities dalam beberapa bulan kedepan. Total pembelian securities oleh the Fed tahun ini akan mencapai US$ 1.25 trilyun.

Setiap kali pemerintah suatu negeri mencetak uang melebihi kebutuhan transaksi riilnya, maka uang yang ada di masyarakat otomatis turun nilainya – Ini teori Ibnu Taimiyyah sekitar 800 tahun lalu yang masih sangat valid sampai sekarang.

Pasar yang paham atas makna tindakan the Fed Amerika tersebut diatas, langsung menyadari bahwa uang kertas yang ada ditangan mereka akan terus berkurang dengan cepat nilainya. Mereka kembali berburu emas dalam kepanikannya, karena mereka tahu hanya emas-lah uang yang tidak pernah kehilangan daya beli itu.

Kejadian semalam memang hanya symptom dari kondisi extremis yang bisa saja terjadi dan bisa juga tidak terjadi. Sama dengan kita ketika menyadari ada gejala penyakit mematikan (misalnya demam berdarah) di tubuh kita, yang hati-hati akan segera periksa ke dokter dan melakukan pencegahan agar gejala penyakit tersebut tidak bener-bener berubah menjadi penyakit yang berakibat fatal.

Yang cuek akan membiarkan gejala yang ada sampai penyakit bener-bener datang, padahal saat itu bisa jadi pengobatan sudah terlambat. Hanya kepada Allah kita mohon perlindungan, Amin.

Mungkinkah Good Money Akan Kembali Menggantikan Bad Money…?

Written by Muhaimin Iqbal
Friday, 19 December 2008 07:53
qns

Di akui atau tidak, pangkal dari segala persoalan yang membawa dunia dalam krisis yang belum jelas ujungnya kali ini adalah uang fiat (uang kertas) yang nilainya dipaksakan dari awang-awang.

Karena pangkal dari permasalahannya ada di uang kertas ini, maka apapun solusi yang ditempuh oleh pemerintah-pemerintah dunia tidak akan dapat memberikan solusi yang tuntas – selagi pangkal masalah (uang kertas) tersebut di pertahankan.

Bisa saja untuk sementara waktu penyakit kronis ini akan kelihatan sembuh, tetapi tidak lama kemudian akan kambuh lagi dan kambuh lagi. Lihat tulisan saya “ Belajar dari Rupiah…” untuk ini.

Lantas apakah mungkin uang kertas yang oleh para pelakunya sendiri diakui sebagai Bad Money digantikan kembali dengan uang yang sesungguhnya - Good Money seperti Dinar dan Dirham ?.

Jawabannya adalah sangat mungkin; asal dunia mau belajar secara sungguh-sungguh solusi yang sangat adil yaitu aturan yang dibuat oleh Allah yang Maha Adil melalui RasulNya Muhammad SAW – yang kita kenal sebagi syariat Islam. Lihat juga tulisan saya sebelumnya “Aslim taslam…”.

Apakah mungkin dunia mau belajar dari Islam masalah ini, sedangkan umat Islam yang hidup di zaman ini juga belum bisa mengungkapkan konsep solusinya dengan jelas ?. Jawabannya lagi-lagi sangat mungkin.

Berabad-abad silam, dunia barat belajar berbagai ilmu dari dunia Islam – mengapa tidak sekarang ?.

Dalam kasus krisis keuangan sekarang misalnya; penjelasannya ada di Ilmu monetarism dengan equation of exchange-nya yang dicetuskan oleh David Hume (abad 18) dan kemudian disempurnakan oleh John Stuart Mill (abad 19). Dari mereka inilah kemudian lahir formula M x V= Px Q ; M= Jumlah Uang ; V= kecepatan Berputar; P= Harga ; Q = Jumlah barang &jasa.

Sayangnya mereka tidak belajar ilmu ini dan penerapannya secara komplet dari ulama sekaligus ekonom ulung lima abad sebelumnya dari dunia Islam yaitu Ibnu Taimiyyah ( 1263 – 1328).

Mengenai equation of exchange misalnya; Ibnu Taimiyyah merumuskannya sebagai berikut :

Jumlah fulus ( uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di mereka”.

Untuk Dinar dan Dirham dikecualikan dari rumusan Ibnu Taimiyyah tersebut karena bendanya sendiri (emas dan perak) yang akan membatasi volume ketersediaannya di masyarakat. Dengan sendirinya Emas dan Perak atau Dinar dan Dirham akan selalu menjadi uang yang adil karena volumenya tidak dikendalikan oleh penguasa.

Jadi kalau penguasa di dunia diragukan keadilannya dalam mengendalikan volume fulus, maka keadilan harga atau daya beli hanya bisa diperoleh oleh masyarakat melalui penggunaan uang Emas dan Perak atau Dinar dan Dirham.

Di Dunia barat pada abad ke 19 orang juga mengenal ekonom ulungnya Thomas Gresham yang terkenal dengan Gresham’s Law-nya. Sederhananya Gresham’s Law ini berbunyi : “ Bila ada dua mata uang (koin) yang memiliki nilai nominal yang sama, tetapi terbuat dari bahan material yang nilainya berbeda – maka yang lebih murah akan mendorong yang lebih mahal keluar dari peredaran”. Dari sinilah lahir istilah Bad Money drives out Good Money.

Lagi-lagi si Thomas Gresham ini nampaknya belajar secara tidak komplit dari Ibnu Taimiyyah sekitar 6 abad sebelumnya; coba kita perhatikan rumusan Ibnu Taimiyyah tentang hal ini :

“… nilai intrinsik dari fulus yang berbeda (dengan nominal yang sama) akan menjadi sumber keuntungan bagi orang yang berniat jahat, dengan menukar fulus yang nilai intrinsiknya rendah dengan fulus yang nilai intrinsiknya baik – kemudian membawa fulus yang baik (Good Money) kenegeri lain dan menyisakan fulus yang kurang baik (Bad Money) di dalam negeri, sehingga masyarakat dirugikan”.

Yang ada di sekitar kita sekarang hanyalah Bad Money dan sangat sedikit sekali Good Money. Bad Money atau fulus sebenarnya juga tidak masalah kalau volumenya terkendali, Bad Money menjadi musibah besar dunia sekarang karena penguasa-penguasa dunia tidak dapat mengendalikan volumenya.

Ketidak kuasaan penguasa dunia mengendalikan volume Bad Money, menimbulkan ketidak adilan bagi masyarakat berupa naiknya harga-harga atau menurunnya daya beli uang yang dipegang masyarakat.

Namun masyarakat seluruh dunia mulai punya pilihan sekarang, perlahan tetapi pasti – mereka akan memilih Good Money karena Bad Money di seluruh dunia telah menjadi bener-bener bad ...bad...bad. Wallhu A’lam.

Learn your letter names and letter symbols

ABC Song